IHSG tembus 6.000, Dapen perbesar saham?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah menembus angka 6.000 pada Rabu (25/10). Sebagai investor besar, industri dana pensiun (dapen) masih akan mempertimbangkan untuk memperbesar portofolio di instrumen saham.

Menurut Suheri Lubis, Wakil Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI), penempatan investasi di saham memang bisa menjadi salah satu pilihan di kala kondisi seperti ini.

Plus, kondisi makro ekonomi dalam negeri yang terus membaik menjadi katalis positif bagi industri dana pensiun. Apalagi, saat ini porsi dana kelolaan dana pensiun di instrumen saham baru mencapai 16%. Ini artinya belum terlalu besar dibanding investasi di obligasi misalnya.


"Dengan suku bunga turun, otomatis kupon makin kecil jika hanya berharap dari obligasi. Salah satu yang cukup menjanjikan saat ini ya saham," ujar Suheri, akhir pekan ini.

Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai September 2017, dari total dana kelolaan Rp 251,52 triliun, instrumen investasi di saham mencapai Rp 29,60 triliun. Angka ini naik tipis 1,13% dari posisi awal tahun ini sebesar Rp 29,27 triliun.

"Saham memang cocok untuk dikoleksi jangka panjang sesuai dengan karakteristik bisnis Dapen," kata Suheri

Namun, Suheri menambahkan, sebaiknya industri dapen berhati-hati untuk masuk ke instrumen saham. Terutama, harus melihat dahulu fundamental dan kinerja perusahaan tersebut. Hal ini tentu akan menentukan hasil di masa mendatang.

Hingga akhir tahun ini, Suheri masih optimistis pertumbuhan industri dapen masih bisa mencapai angka 10%. Meskipun memang diakui, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dan diperjuangkan oleh industri ini. "Saat ini kami terus berjuang bagaimana kebijakan yang dibuat oleh OJK bisa membantu untuk mendorong pertumbuhan industri," katanya.

Direktur Utama Dana Pensiun Pertamina (Persero) Adrian Rusmana menambahkan, pihaknya masih cukup selektif untuk memperbesar instrumen saham. Dalam waktu dekat ini, Adrian juga belum berencana untuk segera memperbesar presentase investasi di instrumen yang berisiko tinggi tersebut.

"Kita kan harus lihat-lihat dulu seperti apa misal kinerja perusahaannya, kalau bisa memberikan untung kita koleksi," ujar Adrian, akhir pekan ini.

Hanya saja, pada 2018 mendatang, Dapen Pertamina tengah berancang-ancang untuk memperbesar instrumen saham. Misalnya, di sektor konsumer yang masih memiliki opportunity atau potensi yang cukup baik sehingga ini memicu perseroan memperbesar sektor tersebut. "Jika sektor tersebut masih oke, kita ada rencana perbesar," ujar Adrian.

Asal tahu saja, racikan portofolio investasi Dapen Pertamina saat ini yakni 30% di tempatkan di obligasi negara, 20% obligasi korporasi, saham 20%, reksadana 5%, deposito kurang dari 1%.

Direktur Utama Dana Pensiun BTN Saut Pardede juga menyatakan pihaknya belum berencana untuk memperbesar investasi di saham lantaran sudah memiliki arahan dan target investasi yang telah ditetapkan perseroan sebelumnya.

"Dapen bukan lembaga yang bisa mengubah investasi karena adanya perubahan di pasar. Kita akan tetap dalam koridor arahan dan target investasi," kata Saut, akhir peka ini.

Dapen BTN hingga saat ini membatasi saham-saham yang boleh ditransaksikan misalnya hanya pada LQ45. Adapun dari total dana kelolaan Dapen BTN hingga September 2017 sebesar Rp 1,7 triliun lebih banyak dialokasikan di instrumen obligasi negara maupun korporasi sebanyak 65%. Lalu, sisanya lagi ditempatkan di saham, reksadana, properti, deposito dan sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini