KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa saham global kompak turun dalam sebulan terakhir. Dow Jones Industrial Average sebulan terakhir turun hingga 6,34%. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) pun 3,01% pada periode yang sama. Pengamat pasar modal Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih menilai, pelemah IHSG bukan disebabkan oleh desas-desus resesi Amerika Serikat (AS). “Resesi adalah kalau terjadi pertumbuhan GDP negatif selama dua kuartal berturut-turut,” kata Alfatih, Kamis (15/8).
Baca Juga: Amerika Serikat terancam resesi, ini dampaknya bagi ekonomi Indonesia Menurut Alfatih, turunnya IHSG bisa disebabkan oleh banyak hal. Seperti, pertumbuhan yang semakin kecil sehingga tingkat laba berkurang atau terkait adanya sentimen negatif seperti harapan penurunan suku bunga oleh bank sentral yang tidak sesuai ekspektasi pasar. Sepakat dengan Alfatih, analis Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia juga menyampaikan bahwa penurunan Dow Jones bukan disebabkan oleh faktor resesi melainkan disebabkan oleh faktor perlambatan ekonomi global yang disebabkan oleh perang dagang. Menurut Liza, resesi ekonomi tidak akan terjadi dalam waktu semalam. Butuh waktu yang panjang hingga hal yang dikhawatirkan itu benar-benar terjadi.
Baca Juga: Desas-desus resesi bikin IHSG tergerus Alfatih melihat, saham-saham yang terkait ekspor maupun impor, serta emiten yang memiliki banyak utang dalam dolar AS akan terpengaruh. Ke depan, Samuel Sekuritas berencana untuk menurunkan target IHSG hingga akhir tahun yang semula berada di angka 6.800. Alfatih belum menyebut revisi target IHSG.
Alfatih menyarankan investor untuk mengurangi portofolio saham yang berkorelasi kuat terhadap indeks untuk dipindahkan ke saham yang defensif. Selain itu investor juga harus memilih emiten yang secara fundamental kuat. Investor juga dapat mengurangi instrumen yang berisiko tinggi ke risiko yang rendah serta memperbanyak porsi di
cash, agar dapat membeli saat harga nantinya cukup rendah.
Baca Juga: IHSG mengekor pergerakan Dow Jones dalam sebulan terakhir Sementara Liza juga menyarankan investor untuk sementara menghindari sektor yang kurang menguntungkan dan sementara berpindah pada sektor lain. “Kalaupun ada resesi, sektor yang berhubungan dengan bahan baku metal dan energi loyo,
mining akan
avoid. Nah sektor yang bisa bertahan adalah yang
news driven, seperti
INKP,
TKIM, yang naiknya bagus 10%-15% hari ini,” kata Liza. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati