IHSG terpapar inversi yield obligasi, analis: Besok masih akan lanjutkan pelemahan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks harga saham gabungan (IHSG) anjlok tajam hari ini. IHSG merosot sebesar 114,02 poin atau 1,75% ke level 6.411,25, Senin (25/3).

Analis Indo Premier Sekuritas Mino menjelaskan, anjloknya IHSG sepanjang hari in dipicu oleh kekhawatiran investor akan melambatnya pertumbuhan ekonomi global seiring dengan negatifnya selisih yield obligasi Amerika dengan tenor 3 bulan dan 10 tahun atau inversi yield obligasi.

"Selain itu, melemahnya nilai tukar rupiah serta turunnya sebagian besar harga komoditas seperti minyak mentah, CPO, nikel dan batu bara juga menjadi tambahan katalis negatif di pasar," jelas Mino kepada Kontan.co.id, Senin (25/3).


Senada, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai, merosotnya IHSG di awal pekan dipengaruhi oleh sentimen kuat yang berasal dari kekhawatiran para pelaku pasar global terkait dengan faktor perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Kata Nafan, indikasi tersebut dapat dilihat dari proyeksi The Fed pada Kamis dinihari lalu yang lebih dovish terkait dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi AS yang berpotensi turun menjadi 2,1% pada 2019.

"Perlu diketahui bahwa AS adalah negara super power di bidang ekonomi sehingga pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi global pasti kuat. Dengan demikian, indeks AS, regional Asia maupun Eropa, serta pergerakan harga komoditas berada di zona merah," ujar dia kepada Kontan.co.id, Senin (25/3).

Nafan memprediksi IHSG akan kembali melemah di kisaran 6.342,68 - 6.508,94 pada Selasa (26/3).

"Sentimennya masih sama seperti hari ini, termasuk dengan kekhawatiran dari para pelaku pasar terkait potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Dari perspektif teknikal juga mendukung," kata Nafan.

Setali tiga uang, Selasa (26/3), Mino juga memprediksi IHSG masih akan melanjutkan pelemahan dengan support di level 6.350 dengan resistance di 6.470.

"Sentimen besok, kemungkinan masih berhubungan dengan negatifnya selisih yield obligasi jangka pendek dengan jangka panjang di Amerika Serikat," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi