JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup bergerak terbatas dan cenderung melemah pada perdagangan Kamis (16/2). Padahal, Senin (13/2), indeks ditutup menguat 0,71% ke level 5.409,556 dan mulai bergerak turun secara perlahan sejak Selasa (14/2) sebesar 0,53% ke level 5.380,670 dan berlanjut hingga Kamis (16/2) yang menurun tipis 0,05% ke level 5.377,988. Analis NH Korindo Securities, Bima Setiaji mengatakan, satu hari sebelum pemilihan kepala daerah (Pilkada), indeks sempat melemah 0,53%. Menurutnya, isu Pilkada membuat para pelaku pasar mengambil sikap wait and see. “Investor takut bakal ada kerusuhan, tetapi ternyata Pilkada dapat berjalan kondusif,” ujarnya kepada KONTAN, Kamis (16/2). Hal itu pun lantas membuat indeks hanya melemah tipis pada perdagangan Kamis.
Sementara itu, Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas bilang IHSG yang sempat berada di zona merah Selasa lalu disebabkan oleh adanya aksi profit taking yang dilakukan oleh emiten. Pasalnya, pelemahan indeks tidak terjadi secara signifikan. Nafan menyebut, pekan ini, rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait data ekspor impor sesuai, bahkan di atas ekspektasi pasar. Hal inilah yang menjadi katalis positif yang ikut menggerakkan indeks. Mengacu data BPS, total ekspor per Januari 2017 tercatat senilai US$ 13,38 miliar atau tumbuh 27,71% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Para analis menilai data tersebut berada di atas ekspektasi pasar. Adapun sektor non migas menyumbang 90,5% dari total ekspor Januari 2017. Sementara itu, dari sisi impor, BPS mencatatkan total pertumbuhan mencapai 14,54% atau senilai US$ 11,99 miliar per Januari 2017 dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kendati begitu, pertemuan Yellen dengan beberapa pejabat The Fed membuat pasar merespons negatif laju indeks. Pasalnya, data ekonomi AS yang positif, termasuk inflasi dan data pengangguran yang baik membuat Yellen berharap untuk bisa menaikkan suku bunga acuan.