IHSG tertekan, saatnya akumulasi beli saham



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot ke bawah level 4.200, seiring derasnya dana asing yang keluar dari pasar modal. Kemarin, IHSG turun 0,85% menjadi 4,180,79. Secara year to date, return IHSG telah minus 3,15%.

Investor asing semakin getol mencatatkan aksi jual bersih (net sell). Kemarin, net sell asing tercatat Rp 718,8 miliar. Angka ini menambah besar jumlah dana asing yang keluar dari pasar saham. Sejak akhir 2012, total jual bersih investor asing di saham mencapai Rp 16,53 triliun.

Para analis menilai, jatuhnya IHSG beberapa hari belakangan masih berkaitan dengan isu pemangkasan stimulus moneter (tapering) di Amerika Serikat. Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia mengatakan, di sisa tahun ini, IHSG masih dalam tren turun karena investor asing masih melakukan aksi jual. "Kekhawatiran investor asing mulai berlebihan sehingga akan terus menggerus IHSG," jelas dia.


Meski demikian, Satrio yakin, IHSG bisa bertengger di atas level 4.100 pada akhir tahun. Di tengah bulan ini, ia memperkirakan, masih bakal ada risiko koreksi. Namun ada potensi rebound secara teknikal.

Menurut Satrio, investor asing yang berinvestasi di pasar modal Indonesia juga kini tengah menunggu untuk berinvestasi dengan kebijakan fraksi harga baru di tahun depan. "Mereka menunggu berlakunya aturan fraksi harga baru yang bisa akumulasi dengan selisih harga yang relatif lebih rendah selisihnya," ujar dia.

Satrio bilang, kisaran support IHSG kini berada di 4.000-4.150. Ketika IHSG menyentuh level tersebut, investor bisa mulai akumulasi beli. IHSG berpotensi kembali bullish didorong sentimen window dressing di akhir tahun.

David Sutyanto, analis First Asia Capital bilang, posisi wajar IHSG di akhir tahun di level 4.450. Dia yakin, IHSG bisa kembali menjauhi level 4.000. Pasalnya, koreksi IHSG sudah terlalu lama sehingga akan ada momentum untuk rebound. David juga optimistis, IHSG tidak akan terpuruk hingga di bawah 4.000 karena pertumbuhan kinerja emiten positif di tahun ini.

Menurut David, saat ini merupakan momentum tepat untuk akumulasi saham. Dia bilang, meski belum menyentuh level support di 4.150, saham-saham di Indonesia sudah murah sehingga bisa dikoleksi.

Reli di semester II-2014

David memprediksikan, IHSG akan kembali reli di semester II tahun depan. Saat itu, hajatan pemilihan umum (pemilu) sudah selesai dan Indonesia memiliki pemimpin baru. Aksi tapering pun sudah reda. Karena alasan itu, David yakin, IHSG bisa menuju ke 5.000 tahun depan.

Menurut Satrio, saham yang patut dicermati adalah saham perkebunan dan pertambangan. Menurut dia, pelaku pasar bisa akumulasi saham dengan selektif. "Kalau IHSG di bawah 4.150 akan sangat menarik untuk akumulasi, saya perkirakan bisa mencapai bottom dalam beberapa pekan ke depan," ujar dia.

Ia bilang, saham yang cocok untuk akumulasi adalah saham komoditas. Sebab, saham ini sudah banyak terdiskon namun memiliki potensi rebound dalam jangka panjang.

Satrio juga menyarankan investor berhati-hati dalam melihat saham perbankan karena saham ini masih banyak dipegang asing. "Tunggu asing berhenti jualan dulu," kata dia. Dia juga masih merekomendasikan saham sektor konstruksi yang banyak dimiliki investor lokal.

David pun berpandangan sama. Ia menyarankan saham perkebunan di tahun depan. Jika dollar AS naik, sektor perkebunan akan diuntungkan. "Carilah saham yang akan diuntungkan dari pelemahan rupiah. Salah satunya perkebunan," ujar dia.

Baik Satrio maupun David merekomendasikan investor untuk mengakumulasi beli saham-saham perkebunan seperti LSIP, AALI, dan SIMP. Sementara saham di sektor pertambangan dan konstruksi, Satrio merekomendasikan ITMG, UNTR, ADRO, WIKA, dan WSKT. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana