KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan 54,82 poin atau 0,83% ke level 6.547,11 pada Senin (20/12). Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mencermati, IHSG tertekan oleh pelemahan sejumlah saham konstruksi dan komoditas pada perdagangan hari ini. Ada dua faktor utama yang memicu tekanan tersebut. Pertama, meningkatnya kekhawatiran pelaku pasar terhadap kondisi likuiditas di Tiongkok di tengah potensi krisis surat utang yang dihadapi sejumlah perusahaan properti di Tiongkok. Mengantisipasi hal itu, bank sentral Tiongkok menurunkan suku bunga acuan jangka pendek (1 tahun) sebesar 5 bps menjadi 3,8% di Senin (20/12). Sebelumnya, bank sentral Tiongkok lebih dahulu menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 0,5% pada Rabu(15/12). Kedua, penurunan signifikan harga-harga komoditas, terutama komoditas energi di tengah kekhawatiran penurunan permintaan. Kekhawatiran ini dipicu oleh pengetatan pembatasan aktivitas masyarakat di sejumlah negara di Eropa, seperti Belanda dan Inggris. Di Indonesia, pelaku pasar mencermati kebijakan pemerintah terkait mobilitas masyarakat menjelang libur akhir tahun.
IHSG Tertekan, Simak Saham Pilihan untuk Selasa (21/12)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan 54,82 poin atau 0,83% ke level 6.547,11 pada Senin (20/12). Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mencermati, IHSG tertekan oleh pelemahan sejumlah saham konstruksi dan komoditas pada perdagangan hari ini. Ada dua faktor utama yang memicu tekanan tersebut. Pertama, meningkatnya kekhawatiran pelaku pasar terhadap kondisi likuiditas di Tiongkok di tengah potensi krisis surat utang yang dihadapi sejumlah perusahaan properti di Tiongkok. Mengantisipasi hal itu, bank sentral Tiongkok menurunkan suku bunga acuan jangka pendek (1 tahun) sebesar 5 bps menjadi 3,8% di Senin (20/12). Sebelumnya, bank sentral Tiongkok lebih dahulu menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 0,5% pada Rabu(15/12). Kedua, penurunan signifikan harga-harga komoditas, terutama komoditas energi di tengah kekhawatiran penurunan permintaan. Kekhawatiran ini dipicu oleh pengetatan pembatasan aktivitas masyarakat di sejumlah negara di Eropa, seperti Belanda dan Inggris. Di Indonesia, pelaku pasar mencermati kebijakan pemerintah terkait mobilitas masyarakat menjelang libur akhir tahun.