KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,27% ke level 5.760,584 pada akhir perdagangan Rabu (19/5). Dalam sebulan perdagangan, IHSG masih minus 5,35%, dan dalam tiga bulan perdagangan indeks telah melemah hingga 6,81%. Sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd), IHSG terkoreksi 3,65%. Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menilai, tertekannya IHSG belakangan ini disebabkan karena beberapa sentimen, seperti potensi melambatnya pemulihan ekonomi Indonesia. “Selain, itu juga saat ini banyak investor yang berfokus pada sektor teknologi,” terang Hendriko, Rabu (19/5).
Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks sektor saham teknologi masih memimpin indeks sektoral dengan penguatan tertinggi sejak awal tahun, yakni tumbuh hingga 185,89%. Pelemahan tertinggi masih dicatatkan oleh indeks sektor properti dan real estate yang melemah 10,78% secara ytd.
Baca Juga: IHSG anjlok 1,27% ke 5.760 pada akhir perdagangan Rabu (19/5), asing catat net sell Untuk jangka pendek, Hendriko memprediksi IHSG akan menguji support ke level 5.750 dan jika masih melemah, IHSG berpotensi melemah kembali ke level 5.575. Namun, Sucor Sekuritas belum merevisi target IHSG di akhir tahun, yakni masih di level 6.750. Hal ini karena rata-rata cakupan emiten (universe) Sucor Sekuritas masih sejalan dengan proyeksi yang dipasang. Sementara itu, secara garis besar, Analis Phillip Sekuritas Indonesia Dustin Dana Pramitha melihat, tekanan yang terjadi pada IHSG masih disebabkan oleh ekspansi ekonomi Amerika Serikat, dimana inflasi dan tingkat pengangguran di AS mencetak kenaikan yang tajam, terutama dari segi inflasi. Hal tersebut membuat investor berspekulasi bahwa akan ada perubahan kebijakan moneter di samping langkah fiskal yang telah diambil. Sementara dari dalam negeri, ekonomi Indonesia kembali diproyeksi turun. Yang terbaru, Morgan Stanley merevisi proyeksi ekonomi Indonesia ke level 4,5%. Sebelumnya, lembaga ini memproyeksikan ekonomi Indonesia mampu tumbuh hingga 6,2%. Walaupun level revisi tersebut masih sejalan dengan proyeksi IMF, menurut Dustin hal tersebut setidaknya menggambarkan perekonomian Indonesia belum akan ekspansif. Kemudian, tekanan bagi pasar saham juga datang dari kasus Covid-19 yang mulai melanda beberapa negara di Asia Tenggara, sehingga membuat investor kembali mempertanyakan kemampuan negara Indonesia untuk mengantisipasi lonjakan kasus, yang nantinya dapat menghambat laju pemulihan ekonomi.
“Selain itu, di minggu ini terdapat rilis data neraca perdagangan Indonesia yang diekspektasikan mencatatkan surplus kembali, namun menurun dari segi nilai,” terang Dustin. Dustin melihat, secara teknikal IHSG juga masih akan cenderung tertekan dan cenderung akan menguji level support di 5.883.52. Adapun menurut proyeksi Dustin, ruang penguatan IHSG diproyeksikan berada di kisaran 6.000 dalam jangka pendek. Tim Phillip Sekuritas Indonesia masih mempertahankan proyeksi IHSG pada level 6.820 hingga akhir 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi