KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di melemah pada perdagangan akhir pekan ini. IHSG ditutup melemah 26,57 poin atau turun 0,36% ke level 7.294,49 pada Jumat (19/7). Melansir RTI, IHSG turun 0,45% dalam sepekan. Head of Research Mega Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya melihat, penurunan IHSG sepanjang pekan ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, menurunnya surplus neraca perdagangan RI di Juni 2024 ke US$ 2,39 miliar, dari sebelumnya di Mei 2024 yang sebesar US$ 2,93 miliar.
Baca Juga: IHSG Tergelincir di Akhir Pekan, Saham ARTO, MDKA dan MBMA Top Losers di LQ45 Surplus ini merupakan yang terkecil sejak Februari 2024 dikarenakan pertumbuhan ekspor tahunan tertinggal dari pertumbuhan impor. Dimana impor tercatat naik 7,58% secara tahunan alias year on year (yoy). Sedangkan, ekspor mengalami pertumbuhan yang melambat, yakni sebesar 1,17% yoy. Kenaikan impor pada Juni 2024 secara tahunan tersebut didorong oleh kenaikan impor minyak mentah dan hasil minyak. “Sementara, kinerja ekspor tumbuh melambat karena turunnya nilai ekspor batu bara sebesar 6,68% yoy menjadi US$ 2,49 miliar,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (19/7). Kedua, Bank Indonesia (BI) kembali tahan suku bunga. BI pada Rabu (17/7) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25%, dengan
deposit facility dan
lending facility juga dipertahankan di level 5.5% dan 7%. “Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi konsensus. Bank Indonesia juga memberikan sinyal adanya potensi pemotongan suku bunga di kuartal IV 2024,” paparnya. Ketiga, stagnannya penjualan retail Amerika Serikat (AS). Penjualan ritel AS di bulan Juni 2024 tidak mengalami perubahan dibandingkan pada bulan Mei 2024. Kontraksi terdalam terjadi pada penjualan bahan bakar minyak (BBM), yakni turun sebesar 3% secara bulanan, dan otomotif yang turun sebesar 2,3% secara bulanan. “Sedangkan pada penjualan online tercatat adanya peningkatan sebesar 1,9% secara bulanan,” ungkapnya. Keempat, melambatnya pertumbuhan ekonomi China. Di kuartal II 2024, ekonomi China tercatat tumbuh sebesar 4,7% YoY, melambat dari kuartal I 2024 yang tumbuh 5,3%. Ini menjadikannya sebagai pertumbuhan ekonomi terendah China sejak kuartal I 2023. “Hal ini disebabkan karena penurunan yang berkelanjutan pada sektor properti, lemahnya permintaan dalam negeri, turunnya nilai tukar yuan, dan friksi perdagangan atau tegangnya kondisi perdagangan dengan negara barat,” paparnya. Kelima, memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah pasca serangan ke Tel Aviv. Pada 19 Juli 2024 Tel Aviv terkena serangan drone. Penyerangan ini diklaim oleh milisi Houthi yang didukung oleh Iran.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 7.270 di Sesi I Jumat (19/7), ADRO, PTBA, UNTR Top Gainers LQ45 Hal ini memberikan kekhawatiran akan meluasnya konflik di Timur Tengah. Jika hal ini berlanjut, maka dapat menyebabkan adanya potensi kenaikan harga komoditas minyak bumi serta emas. “Kondisi ini dinilai dapat mengganggu proses disinflasi di AS,” ungkapnya. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, penurunan IHSG di pekan ini merupakan hal yang wajar. Ini mengingat selama empat minggu berturut-turut IHSG mencatatkan penguatan signifikan. Adapun sentimennya diperkirakan banyak dipengaruhi oleh sentimen global. Pertama, perlambatan ekonomi China, di mana pada awal pekan lalu tercatat produk domestik bruto (PDB) China kuartal II 2024 sebesar 4,7% yoy, dibandingkan dengan 5,3% yoy di kuartal I 2024. Kedua, meningkatnya ekspektasi investor akan cut rate The Fed di bulan September 2024. Ekspektasi ini muncul setelah pidato The Fed yang menunjukkan pertanda dovish “Dari data konsensus juga menunjukkan adanya peningkatan probabilitas menjadi 91,7% untuk cut rate menjadi 5% - 5,25%,” Dari domestik, BI masih menahan BI rate di angka 6,25%. Selain itu, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS juga masih menunjukkan pelemahan.
Untuk Senin, Herditya memperkirakan pergerakan IHSG berpeluang menguat dengan kecenderungan terbatas dengan support di 7.209 dan resistance di 7.317. “Pergerakan IHSG masih dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah dan komoditas dunia. Selain itu, akan ada rilis data suku bunga China di pekan depan,” paparnya. Untuk emiten, Herditya merekomendasikan investor untuk mencermati PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) dengan target harga Rp 2.290 - Rp 2.340 per saham, PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) Rp 418 - Rp 430 per saham, dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Rp 6.175 - Rp 6.275 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi