KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,46% ke 6.684,56 pada Jumat (6/1). Penguatan terakhir perdagangan pekan ini tak mampu mengangkat IHSG dalam sepekan. Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG turun 2,42% sepanjang pekan pertama 2023. Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata memaparkan, sentimen pasar selama sepekan ini masih berkutat seputar tren naik suku bunga AS yang diperkirakan tetap hawkish selama 2023 ini. "The Fed telah mengeluarkan pernyataan akan menjaga suku bunga acuan di atas 5% sepanjang tahun ini, memupuskan harapan para pelaku pasar bahwa akan ada pemotongan FFR di pertengahan tahun," kata Liza kepada Kontan.co.id, Jumat (6/1).
Baca Juga: Tiga Indeks Utama Wall Street Melonjak Lebih dari 2% pada Jumat (6/1) Pelemahan IHSG sepekan ini juga disebabkan oleh kebijakan China yang melonggarkan zero-Covid policy dasn membuka perbatasan. China pun berencana kembali mengimpor batubara dari Australia. Menurut Liza, kedua hal tersebut membuat dana asing hengkang dari pasar saham Indonesia dan beralih ke bursa Shanghai dan Hong Kong. Indeks Shanghai menguat 2,73% dalam lima hari perdagangan terakhir. Sedangkan indeks Hang Seng melesat 6,33% dalam lima hari perdagangan. Dari sisi mata uang, kurs yuan menguat 1,03% dalam sepekan. Sedangkan dolar Hong Kong melemah tipis 0,07%. Sementara kurs rupiah melemah 0,38% sepekan terhadap dolar AS. Berdasarkan RTI, sepekan ini tercatat
net sell asing di pasar reguler sebesar Rp 1,39 triliun. Sementara di seluruh pasar sebesar Rp 1,69 triliun. Capital outflow juga didorong hasil jualan saham
blue chips ke bursa Hang Seng. Sebab, performanya apik dengan pertumbuhan 7,6%. Pelaku pasar juga melihat perbandingan PER yang mencolok antara Hang Seng dengan IHSG. "PER IHSG 13,18 kali dbandingkan PER Hang Seng 7,62 kali," kata Liza.
Baca Juga: Gerak IHSG dalam Sepekan Dibayangi Katalis Negatif Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menambahkan, pelemahan IHSG sepekan ini karena adanya potensi resesi dan perlambatan ekonomi global. "Proyeksi IMF untuk 2023 hanya sebesar 2,7%, dibandingkan 3,2% di 2022," kata dia. Untuk pekan depan, Herditya memperkirakan IHSG masih rawan koreksi ke rentang 6.430-6.530 setelah tembus
support di 6.641. Dia menambahkan,
support dan
resistance IHSG sepekan ke depan berada di 6.559 dan 6.786. Sementara Liza menilai, meskipun pekan ini turun tetapi sejauh ini penurunan berhasil ditahan area
support jangka menengah 6.650-6.600. "
Rebound IHSG ke angka 6.684,56 dinilai cukup apik, menutup penghujung minggu dengan harapan bahwa penguatan masih dapat berlanjut pekan depan," kata dia.
Baca Juga: Kurs Rupiah Berpotensi Lanjut Melemah Pekan Depan, Simak Sentimen Penggeraknya Liza menambahkan,
resistance IHSG selanjutnya adalah 6.710-6.730, 6.810-6.820, 6.900-6.920, 6.950-6.960. Liza berpandangan, angka bulat 7.000 akan jadi level psikologis sekaligus
resistance yang cukup kuat untuk ditembus karena volatilitas terbilang masih akan tinggi pekan depan. "Kami belum menyarankan untuk positioning terlalu banyak, walau para investor/trader bisa mulai akumulasi atau buy on weakness saham-saham
blue chips berfundamental baik yang harganya sudah mencapai area
support," pungkas Liza. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati