KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Saham Gabungan (
IHSG) ditutup di level 7.148,97 di akhir bulan Mei. IHSG melorot 1,75% dibandingkan penutupan di akhir April 2022. Inilah salah satu penyebab kinerja reksadana turun setelah libur Lebaran. Head of Retail, Product Research & Development Division PT Henan Putihrai Asset Management, Reza Fahmi Riawan mengatakan, kinerja reksadana turun akibat longsornya IHSG pasca libur lebaran dibulan Mei dibandingkan di bulan April 2022. "IHSG akhir Mei 2022 tercatat turun 1,75% dibandingkan dengan akhir April 2022. Namun, secara
year to date (ytd) tumbuh 8,62% dan dalam setahun naik 19,24%," ujar Reza kepada Kontan.co.id, Kamis (2/6).
Baca Juga: Saham GOTO Masuk 3 Indeks Utama, Begini Strategi Manajer Investasi Atur Portofolio Reze menjelaskan reksadana saham HPAM Ultima Ekuitas 1 Jika dilihat sepanjang tahun hingga Mei naik 16,60% ytd dan menguat 19,39% dalam setahun atawa
yean on year (yoy). Sementara reksadana HPAM Saham Dinamis naik 14,65% secara ytd dan sebesar 11,90% dalam setahun terakhir. Reksadana HPAM Syariah Berkah naik 36,34% secara ytd dan menguat 54,72% yoy. Sementara reksadana HPAM Flexi Plus secara ytd naik 10,48% dan sebesar 12,73% dalam satu tahun terakhir. Reza mengatakan sentimen di pasar saham didominasi oleh kenaikan suku bunga Federal Reserve dan kemungkinan resesi di Amerika Serikat (AS). Hal ini menyebabkan asing melakukan aksi jual besar-besaran pada awal Mei lalu.
Baca Juga: Pasca Kenaikan Suku Bunga, Kinerja Reksadana Diperkirakan Akan Stabil Investor pun mengambil sikap
wait and see. Tapi banyak juga investor yang memanfaatkan momentum penurunan dengan melakukan
dollar cost averaging atau cicil beli agar mendapatkan hasil
return yang lebih maksimal. "Penurunan dalam rentang waktu yang sebentar (April-Mei) adalah situasi yang sangat wajar, karena IHSG juga sudah melambung cukup banyak dan
overbought jadi adanya penurunan menjadi hal yang wajar untuk IHSG melakukan koreksi sehat," kata Reza. Reza memperkirakan investor domestik di pasar saham akan bersiap menghadapi bulan Juli. Karena jika dilihat dari data 15 tahun terakhir,
return saham pada bulan Juli merupakan yang tertinggi kedua setelah bulan Desember. "Untuk akhir tahun kami optimistis IHSG mencapai di angka 7.800 untuk
bullish dan reksadana bisa mencapai kenaikan 8%-10% hingga akhir tahun," ujar Reza.
Baca Juga: Reksadana Berbasis Saham Turun Sepanjang Mei, Pasar Uang Justru Menguat Reza mengatakan sentimen yang bisa menopang kinerja reksadana berasal dari kuatnya rupiah, kenaikan harga komoditas Indonesia, dan fundamental ekonomi Indonesia yg cukup baik dan stabil. Sementara untuk sentimen negatif bisa dari keputusan agresif The Fed untuk menaikkan suku bunga. Pelaku pasar modal tetap harus waspada terhadap momen kenaikan suku bunga di pertengahan Juni nanti. Reza menyarankan investor dapat mulai membeli reksadana dari sekarang hingga akhir tahun untuk mendapatkan investasi yang maksimal. "Investor juga bisa parkir dananya di instrumen
money market hingga nanti ada koreksi sehat investor bisa melakukan
switching ke pasar saham," tutup Reza. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati