JAKARTA. PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) gencar melirik potensi pembiayaan infrastruktur. Meski masih awal tahun, IIF telah menggenggam delapan proyek infrastruktur senilai Rp 5,8 triliun. Harold Tjiptadjaja, Managing Director Chief Investment Officer PT Indonesia Infrastructure Finance menjabarkan, saat ini pihaknya sedang menggarap delapan proyek infrastruktur. Proyek tersebut terdiri atas tiga proyek pembangkit listrik yang masing-masing berlokasi di Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa. Adapula satu proyek telekomunikasi di Pulau Jawa. Selanjutnya dua proyek downstream oil and gas di Jawa dan Sulawesi Selatan serta dua proyek air minum di Kalimantan Selatan dan Jawa. "Total nilai keseluruhan proyek tersebut sekitar US$ 3,6 miliar dan Rp 1 triliun," terang Harold kepada KONTAN, Rabu (24/2). Harold merinci total tiga proyek listrik sekitar US$ 3 miliar. Nilai proyek telekomunikasi senilai US$ 400 juta. Total dua proyek downstream oil and gas sekitar US$ 200 juta. Sementara nilai dua proyek air minum kurang lebih Rp 1 triliun. Total proyek ini jika dikonversi dalam rupiah sekitar Rp 5,8 triliun (Rp 13.400 per dollar AS). Harold memprediksi, pemenuhan pembiayaan (financial close) akan terlaksana pada kuartal II-2016 dan kuartal III-2016. Proses tersebut cukup memakan waktu yang panjang. Sebab, pembiayaan infrastruktur memerlukan analisis yang lebih komprehensif dan detail. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
IIF garap proyek infrastruktur senilai Rp 5,8 T
JAKARTA. PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) gencar melirik potensi pembiayaan infrastruktur. Meski masih awal tahun, IIF telah menggenggam delapan proyek infrastruktur senilai Rp 5,8 triliun. Harold Tjiptadjaja, Managing Director Chief Investment Officer PT Indonesia Infrastructure Finance menjabarkan, saat ini pihaknya sedang menggarap delapan proyek infrastruktur. Proyek tersebut terdiri atas tiga proyek pembangkit listrik yang masing-masing berlokasi di Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Jawa. Adapula satu proyek telekomunikasi di Pulau Jawa. Selanjutnya dua proyek downstream oil and gas di Jawa dan Sulawesi Selatan serta dua proyek air minum di Kalimantan Selatan dan Jawa. "Total nilai keseluruhan proyek tersebut sekitar US$ 3,6 miliar dan Rp 1 triliun," terang Harold kepada KONTAN, Rabu (24/2). Harold merinci total tiga proyek listrik sekitar US$ 3 miliar. Nilai proyek telekomunikasi senilai US$ 400 juta. Total dua proyek downstream oil and gas sekitar US$ 200 juta. Sementara nilai dua proyek air minum kurang lebih Rp 1 triliun. Total proyek ini jika dikonversi dalam rupiah sekitar Rp 5,8 triliun (Rp 13.400 per dollar AS). Harold memprediksi, pemenuhan pembiayaan (financial close) akan terlaksana pada kuartal II-2016 dan kuartal III-2016. Proses tersebut cukup memakan waktu yang panjang. Sebab, pembiayaan infrastruktur memerlukan analisis yang lebih komprehensif dan detail. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News