IISIA Sebut Praktik Dumping Baja China Dapat Merugikan Industri Baja Lokal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. The Indonesia Iron & Steel Industry Association (IISIA) mengakui bahwa ancaman banjir impor baja dengan praktik dumping dari China semakin besar. Hal ini tentu berdampak negatif bagi industri baja dalam negeri yang tengah menghadapi kondisi kelebihan pasokan.

Direktur Eksekutif IISIA Widodo Setiadharmaji menilai, ancaman praktik dumping baja impor dari China disebabkan oleh pelemahan pasar dan kinerja keuangan pabrik-pabrik baja asal China. Tekanan tersebut memaksa produsen baja China harus mengekspor produknya demi mempertahankan kelangsungan usaha.

IISIA menyebut, ekspor baja China ke pasar global diperkirakan akan melebihi 100 juta ton pada 2024, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yakni sekitar 92 juta ton. Sementara hingga semester I-2024, ekspor baja China ke pasar global naik menjadi 62 juta ton, dari periode sebelumnya 52 juta ton.


"Indikasi banjir impor baja China ke pasar domestik telah terlihat pada semester I-2024, yang mana impor baja dari negara tersebut naik hingga 34% year on year (yoy) menjadi hampir 3 juta ton," ungkap Widodo, Senin (30/9).

Baca Juga: Krisis Baja Tiongkok, Indonesia Bisa Jadi Target Buangan Baja Negeri Tirai Bambu

Dia menambahkan, negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada, Turki, dan India telah melindungi pasar domestiknya dari serbuan impor baja secara dumping dari China dengan menerapkan bea masuk impor tinggi dan trade remedies. Jepang dan Korea Selatan juga berencana menerapkan instrumen trade remedies untuk mencegah ancaman serupa.

Sayangnya, Indonesia masih minim memaksimalkan kebijakan pengetatan dan pembatasan impor baja dari China. Sebagai contoh, Amerika Serikat sebagai negara maju dan menganut paham pasar bebas telah menggunakan instrumen trade remedies lebih dari 450 instrumen, kemudian Uni Eropa dan Kanada juga menggunakan lebih dari 150 instrumen tersebut. 

"Indonesia sendiri tercatat baru menggunakan 45 instrumen trade remedies, bahkan kalah dari Thailand yang mencapai sekitar 70 instrumen. Minimnya optimalisasi instrumen ini akan mengakibatkan potensi banjir impor baja dari China makin membesar jika tidak segera dilakukan perlindungan oleh pemerintah," terang Widodo.

Selain masalah banjir impor akibat praktik dumping baja asal China, produsen baja lokal juga dihadapkan pada tantangan kelebihan kapasitas pasokan seiring beroperasinya beberapa pabrik baja baru di dalam negeri.

Alhasil, pasokan baja di pasar domestik berlimpah oleh hasil produksi lokal dan produk impor yang berdatangan dari China. Kondisi demikian mengakibatkan produsen baja lokal sangat sulit menjual produk dan berujung pada penurunan kinerja keuangan, bahkan cenderung merugi.

Padahal, permintaan baja di pasar domestik sebenarnya mengalami peningkatan dari berbagai sektor. IISIA mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa industri konstruksi nasional tumbuh lebih dari 7%, kemudian industri transportasi tumbuh sekitar 9%. Data Bank Indonesia (BI) juga memperlihatkan, Prompt Manufacturing Index (PMI) untuk industri logam dasar nasional juga berada di atas level 50% atau di zona ekspansi pada semester I-2024.

“Namun, pasar domestik mengalami kelebihan pasokan dari impor dan dalam negeri, sehingga produsen lokal sulit menjual produknya saat ini,” imbuh Widodo.

Merujuk situs resmi IISIA, asosiasi ini pernah memproyeksikan konsumsi baja nasional pada 2024 tumbuh sebesar 5,2% menjadi 18,3 juta ton. Produksi dan ekspor baja nasional diperkirakan tetap tumbuh sesuai dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) 2020—2023 yaitu masing-masing 5,2% dan 18,6% sehingga menjadi 15,9 juta ton dan 7,1 juta ton pada tahun ini.

Lantas, pemerintah perlu mengambil langkah dukungan seperti melindungi pasar baja domestik sebagaimana yang telah dilakukan berbagai negara lain untuk menghindari banjir impor baja dari China, serta segera melakukan moratorium investasi untuk segmen baja yang telah mengalami kelebihan kapasitas produksi.

“Tanpa dukungan pemerintah, industri baja nasional akan sulit bertahan,” tandas dia.

Baca Juga: Tripatra Fokus Kembangkan Biofuel Generasi Kedua

Selanjutnya: Tampil di S/ALON Budapest2024 Furnitur Indonesia Raih Potensi Transaksi Rp1,16 Miliar

Menarik Dibaca: Sabun Pencuci Piring Ekonomi Luncurkan Varian Baru, Padukan Nanas dan Lemon

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati