Ikan jurung potensial berdayakan ekonomi masyarakat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ikan jurung mempunyai prospek besar untuk menjadi penopang kesejahteraan masyarakat di Tapanuli Selatan, dan daerah lainnya di Indonesia. Ikan yang hidup di sungai dan memiliki harga tinggi tersebut dapat dibudidayakan. Karena itu sinergi semua pihak sangat penting untuk pemberdayaan masyarakat.

Demikian salah satu hasil bahasan dalam Webinar Fokus Group Discussion (FGD) Tematik “Pemanfaatan dan Pelestarian Ikan Jurung/Ikan Batak” yang diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Pengelolaan Lansekap Batang Toru Berkelanjutan (SMILE Batang Toru), pekan lalu.

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Prof. Sulistiono, dan Staf Ahli Biodiversity PT North Sumatera Hydro Energi (NSHE) Dr. Agus Djoko Ismanto bertindak sebagai narasumber. Dalam paparannya berjudul “Pemanfaatan dan Pelestarian Ikan Batak sebagai Penopang Kesejahteraan Masyarakat”, Prof. Sulistiono mengatakan ikan jurung atau di Sumatra Utara banyak disebut sebagai ikan Batak mempunyai prospek besar untuk menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat di Batangtoru.


“Ikan Jurung memiliki harga jual yang sangat tinggi di dalam dan luar negeri. Contoh, di Malaysia mencapai Rp 750 ribu per Kg, sedangkan di Hong Kong bisa mencapai USD 262,” kata Sulistiono. Prospek pasar di Sumatra juga tinggi yaitu jika ingin makan siang dengan lauk ikan Jurung maka harus order terlebih dahulu. “Jadi peminatnya tinggi,” kata dia dalam keterangan resminya, Rabu (16/12/2020).

Menurut Sulistiono, sejak empat dekade terakhir beberapa negara telah melakukan penelitian tentang ikan Jurung yang spesiesnya ada juga di Malaysia, Thailand, dan Asia Selatan. Hasilnya, ikan Jurung dapat dibudidayakan. Contohnya, di Jambi, Bogor, Purwokerto sudah dibangun hatchery. Bahkan di Jambi ada rekreasi ikan di sungai jernih yang banyak ikan Jurungnya, sehingga masyarakat yang berkunjung dapat memberikan pakan ke ikan di sungai.

Agus mengatakan PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) ,selaku pengembang proyek PLTA Batang Toru berkomitmen untuk turut melestarikan habitat satwa air serta ekosistem di wilayah operasi PLTA di Batang Toru, Sumatra Utara. “Kami telah melakukan berbagai upaya untuk konservasi termasuk satwa air di lingkungan proyek. Salah satu satwa yang diupayakan konservasi dan juga budidaya adalah ikan jurung yang hidup di sungai Batangtoru,” ujarnya.

Menurut Adji biasa disapa, PLTA Batang Toru telah meminta bantuan Prof. Sulistiono dan kawan-kawan untuk kajian species migratory. Dari penelitian tersebut menunjukkan ikan Jurung di Batang Toru bisa dilakukan konservasi dan budidaya. Upaya konservasi salah satunya dengan perlindungan sungai dan anak sungai  karena ikan Jurung memijah di anak sungai.

Sementara sebagai upaya budidaya, PLTA Batang Toru membangun hatchery di Padang Sidempuan. “Desain kami dibantu Balai Penelitian Budidaya Ikan Air Tawar. Kapasitas hatchery sekali pemijahan mampu menghasilkan sedikitnya 50 ribu anak ikan (larva ikan). Nanti sebagian ikan tersebut juga akan dilepas kembali ke Sungai Batang Toru sebagai upaya restocking untuk konservasi,” kata Adji.

Sulistiono bilang, agar upaya konservasi dan juga budidaya ikan Jurung dapat memberdayakan ekonomi masyarakat maka empat pihak yaitu pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, dan masyarakat harus saling bersinergi. “Upaya yang dapat dilakukan pemerintah antara lain memberikan penyuluhan, serta memfasilitasi sarana dan prasarana,” kata dia.

Ikan Jurung merupakan ikan yang banyak ditemukan di Indonesia termasuk di kawasan Sungai Batangtoru. Ikan jurung merupakan primadona bagi masyarakat Batak. Pasalnya, pada zaman dahulu ikan ini digunakan untuk acara-acara adat dan hanya disajikan dan boleh dinikmati untuk raja-raja Batak. Karena itu ikan jurung juga dikenal sebagai ikan Batak di kalangan masyarakat Sumatra Utara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dadan M. Ramdan