Ikan patin Indonesia masih kalah bersaing



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski peluang pasar ikan patin di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) terbuka, tetapi belum dapat dimanfaatkan oleh industri di Indonesia.

Sebelumnya pasar di AS dan UE dikuasai oleh ikan patin Vietnam. Namun, karena terdapat isu kandungan tripolyphosphate yang melebihi ambang batas.

"Ikan patin Vietnam seperti di publikasi Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) memakai pemutih sehingga kandungan tripolyphosphatenya tinggi," ujar Direktur PT Central Pertiwi Bahari (CPB) Samiono, Rabu (11/4).

Kandungan maksimal tripolyphosphate yang ditentukan oleh badan makanan dan obat AS (FDA) adalah sebesar 5.000 ppm. Sementara ikan patin asal Vietnam mengandung tripolyphosphate berkisar antara 7.000 ppm hingga 8.000 ppm.

Meski begitu, ikan patin asal Indonesia dinilai belum dapat mengambil pasar patin Vietnam tersebut. Hal itu dikarenakan masih terdapat produsen Vietnam yang dapat menembus persyaratan di AS dan UE.

Samiono bilang terdapat pengusaha Vietnam yang berorientasi pada keberlangsungan bisnis sehingga tidak berlaku curang. Selain itu, daya saing ikan patin Indonesia pun masih sulit menembus pasar AS dan UE.

"Saat pameran di Boston ada tiga buyer berminat untuk beli tetapi ketika negosiasi harga kita kalah sama Vietnam," terang Samiono.

Harga yang ditawarkan Vietnam dapat mencapai Rp 30.000 per kilogram (kg). Sementara harga ikan patin Indonesia sebesar Rp 38.000 per kg.

Harga tersebut pun sudah semakin menurun akibat pemanfaatan sisa dari ikan patin fillet. Samino mengungkapkan bahwa saat ini sisa produksi seperti kulit dan tulang dapat dimanfaatkan sehingga memiliki nilai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto