Ikapi tawarkan hak cipta di luar negeri



JAKARTA. Jelas tidak mudah menjual buku-buku dari penerbit Indonesia di luar negeri. Kendati banyak buku bermutu, buku berbahasa Indonesia tak diterima pembaca asing. Maka, salah satu pilihannya adalah menjual hak cipta buku-buku tersebut kepada para penerbit di luar negeri.Itulah yang akan dilakukan oleh Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) dalam pemeran buku Frankfurt Book Fair (FBF) 2010, pada 6-10 Oktober, di Frankfurt, Jerman. "Selama ini, kita terkendala lesunya karena buku-buku asal Indonesia kurang diminati," kata Setia Dharma Madjid, Ketua Umum Ikapi kepada KONTAN, akhir pekan lalu. Nah, peluang bagi penerbit untuk menggaet penjualan dari luar negeri adalah menawarkan hak cipta kepada penerbit di luar negeri. Cara ini biasa dilakukan penerbit luar kepada penerbit Indonesia. "Dari pembelajaran tahun sebelumnya, kami akan menyeleksi buku-buku yang akan kita jual dan kita promosikan," tambah Madjid.Buku-buku yang akan menjadi andalan penjualan tersebut adalah buku-buku sejarah, teknik menenun, membatik, buku mengenai kondisi peradaban masyarakat Indonesia hingga buku-buku mengenai keberagaman agama di Indonesia. Selain itu, Ikapi juga akan menjual buku ataupun hak cipta mengenai buku pariwisata yang mengeksplorasi pariwisata berbagai daerah di Indonesia.Seberapa banyak para penerbit di Indonesia akan bisa menggaet fulus di pameran tersebut, Madjid belum bisa menjelaskan. Hanya, menurut informasi yang diperoleh Ikapi, tahun lalu salah satu penerbit dari Indonesia berhasil menggaet hak cipta buku untuk diterjemahkan ke dalam bahasa asing dan mengekspor buku senilai Rp 1 miliar. "Tahun ini harus lebih tinggi dari itu," kata Madjid mengenai target Ikapi dari FBF di Frankfurt ini.Ikapi akan membuka stan seluas 56 m2. Tarif sewa beserta biaya desain interiornya mencapai Rp 500 juta per m2. Desain interiornya akan mencitrakan budaya dan pendidikan Indonesia.FBF 2010 ini diikuti oleh sekitar 7.300 peserta dari 114 negara. Penyelenggara FBF memperkirakan, lebih dari 300.000 orang akan mengunjungi atau ambil bagian dalam pameran tersebut. Mereka berasal dari kalangan penulis, penerbit, distributor buku, ilustrator, pebisnis percetakan hingga pemasok kertas. Penyelenggara FBF mematok tiket masuk 56 euro (Rp 800.000) per pengunjung jika lewat pemesanan, dan 72 euro per orang bila membeli langsung di tempat pelenggaraan.Ketua Umum Politeknik Media Kreasi (Polimedia), Bambang W, mengungkapkan, penerbit dari Indonesia tidak bisa selalu mengikuti pameran karena masalah keuangan. Padahal, pameran seperti itu selalu bermanfaat bagi para penerbit meskipun tidak bisa selalu menjual hak cipta. "Yang penting dari pameran ini setidaknya promosi, kalau ada yang tertarik membeli hak penerbitan, itu bonus dari pameran ini," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: