Ikhwanul Muslimin serukan aksi demo selama sepekan



KAIRO. Kelompok Islam di Mesir menyerukan aksi turun ke jalan selama sepekan penuh. Aksi ini ditujukan untuk memprotes langkah keras yang diambil pemerintah Mesir dalam membubarkan masa demonstran pendukung presiden terguling Mohamed Mursi sehingga menyebabkan 600 orang tewas dan memicu bentrokan nasional."Koalisi menegaskan kembali tuntutan agar legitimasi pemerintahan dikembalikan. Pertumpahan darah akan menyuburkan pohon kebebasan," demikian pernyataan Koalisi Nasional untuk Legitimasi, kelompok Islam yang terdiri dari Ikhwanul Muslim dan para pendukungnya. Ribuan warga Mesir turun ke jalan-jalan Kairo setelah shalat Jumat (16/8). Mereka memenuhi jembatan penyeberangan dan melewati tentara yang didukung oleh tank dan helikopter, sampai mereka mencapai Ramsis Square, titik fokus dari aksi protes. Dikabarkan oleh Ahram Online, situs yang dikelola oleh pemerintah Mesir, ada 27 orang tewas dalam bentrokan susulan. Sementara, kelompok Ikhwanul Muslimin menyebutkan korban tewas mencapai 100 orang. Puluhan orang lainnya tewas dalam bentrokan di luar ibukota, di provinsi Giza, Alexandria, Fayoum Ismailiya, Damietta, Port Said dan Gharbiya.Sebelumnya, pada bentrokan yang terjadi pada 14 Agustus, pihak militer menyerbu dua kamp protes pro-Mursi di Kairo dan Giza. Bentrokan keras tak terhindarkan di Mesir sehingga menewaskan sedikitnya 578 orang. Kejadian ini kian memperuncing persinggungan  antara kelompok islamis dan saingan mereka. Pihak militer yang menggulingkan dan menahan Mursi pada bulan lalu, mengambil tanggung jawab untuk mengembalikan kembali keamanan Mesir dengan menetapkan keadaan darurat dan jam malam. Pemerintah berwenang memberikan izin kepada pihak militer untuk menggunakan amunisi untuk membalas serangan terhadap pihak militer dan gedung pemerintah. Pemerintah juga menegaskan tidak akan mengizinkan lagi aksi pendudukan wilayah tertentu."Sejumlah sinyal yang diberikan pihak militer menunjukkan, bahwa mereka menginginkan kemenangan. Jika ada satu organisasi di Mesir yang dapat mempertahankan aksi protes selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dalam menghadapi represi terorganisir, itu Ikhwanul Muslimin, sehingga memimpikan Mesir sebagai lingkungan yang tenang dan dapat diprediksi akan sulit terwujud," kata Jon Alterman, direktur Program Timur Tengah di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington.


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie