Iklan Lowongan Kerja Menciut, Australia Terancam Resesi



CANBERRA. Berdasarkan data Australia & New Zealand Banking Group Ltd (ANZ) , sudah delapan bulan belakangan, iklan lowongan pekerjaan di Australia semakin sedikit saja pada Desember lalu. Ini menandakan, perekonomian Negeri Kanguru itu akan masuk ke jurang resesi dalam sembilan bulan ke depan.

Jumlah iklan di harian surat kabar dan internet pada bulan lalu melorot sebesar 9,7% menjadi 190.661 per minggunya. Padahal, pada bulan November, jumlah iklan pekerjaan sudah turun sebesar 8,6%. Sedangkan iklan pekerjaan di surat kabar juga mengalami kemerosotan sebesar 51,8% dibanding tahun 2007. Angka tersebut merupakan kemerosotan terbesar sejak 1982 silam.

Sedangkan berdasarkan laporan yang dirilis di Melbourne pada hari ini, jumlah iklan pekerjaan pada bulan Desember mengalami penurunan sebesar 13,9% dari November yang jumlahnya mencapai 10.126 per minggu. Lalu, iklan di internet juga mengalami kondisi serupa dengan penurunan 9,5% dari bulan November menjadi 180.535 per minggu. Angka tersebut lebih rendah 28,1% dibanding tahun sebelumnya.


“Tingkat permintaan akan tenaga kerja baru di Australia berada di level resesi. ANZ memprediksi, tingkat pengangguran akan mengalami peningkatan sebesar 6% pada 2009,” jelas Warren Hogan, Head of Economist ANZ Bank di Sydney.

Sebelumnya, untuk meningkatkan perekonomian, Gubernur Bank Sentral Australia Glenn Stevens memangkas suku bunga acuannya menjadi 4,25% yang merupakan terendah dalam enam tahun. Kondisi ini diperparah dengan angka Produk Domestik Bruto yang hanya mengalami kenaikan sebesar 0,1% pada kuartal tiga. Pasalnya, ini merupakan pertumbuhan paling rendah dalam delapan tahun terakhir.

Sementara itu, hasil survei terhadap para ekonom yang dilakukan Bloomberg memprediksi, data pekerja yang bakal dirilis pada 15 Januari nanti akan menunjukkan adanya pemangkasan karyawan yang mencapai 20.000 orang pada bulan lalu. Selain itu, tingkat pengangguran juga akan meningkat menjadi 4,5% dari sebelumnya 4,4% pada bulan November.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie