KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi global yang menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), bukan hanya berdampak pada kapitalisasi pasar. Nilai beberapa perusahaan boleh jadi menyusut, namun pengaruh lainnya beberapa emiten cenderung menahan aksi-aksi korporasi. Misalnya saja penawaran umum terbatas atau
rights issue. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, sampai dengan pekan kedua bulan Maret 2018 penawaran umum berupa
rights issue cenderung menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada pekan kedua Maret 2018 tercatat sebesar Rp 1,12 triliun ini sudah termasuk dengan
initial public offering (IPO), sementara pada pekan kedua Maret 2017 sebesar Rp 5,63 triliun.
Penawaran umum berupa IPO pada tahun 2018 terdiri dari listing tiga perusahaan. Di antaranya PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS), PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY), dan PT Jaya Trishindo Tbk (HELI). Ketiga emiten tersebut memiliki total nilai emisi sebesar Rp 268,80 miliar. Sementara untuk penawaran umum terbatas (PUT) Maret 2018 terdiri dari PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), dan PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk (RBMS). Ketiga penawaran umum terbatas memiliki total nilai Rp 851,04 miliar. Emiten yang melakukan IPO, turut menyumbang jumlah penawaran umum pada tahun ini. Berbeda dengan tahun lalu, penerbitan saham baru senilai Rp 5,63 triliun seluruhnya berasal dari
rights issue dari enam emiten. Di antaranya PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA), PT Red Planet Indonesia Tbk (PSKT), PT Buana Listya Tama Tbk (BULL), PT Pool Advista Indonesia Tbk (POOL), PT Rimo Internasional Lestari Tbk (RIMO), dan PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI). Terhadap penurunan nilai
rights issue dan IPO tersebut, Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas menilai wajar hal tersebut terjadi pada saat ini. Ketika IHSG terkoreksi, para pelaku investor cenderung
wait and see menunggu kesempatan yang tepat. Kondisi wait and see ini diprediksi akan berakhir hingga iklim investasi mulai kondusif. “Saya akui bahwa penurunan yang terjadi pada IPO, rights issue, maupun obligasi yang diterbitkan memang merupakan sesuatu hal yang wajar,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Minggu (1/4). Hal ini juga berhubungan dengan para investor yang masih mengalihkan sebagian besar asetnya pada instrumen safe haven, seperti emas.
Sambil
wait and see, animo investasi bisa meningkat lagi ketika iklim pasar modal sudah kondusif. Para stakeholder berperan penting dalam menjaga kondusifitas iklim pasar modal. Selain itu, menurutnya berbagai tantangan eksternal juga harus dimitigasi semaksimal mungkin. Agar tidak memberikan dampak yang negatif bagi kondusifnya iklim investasi di pasar modal. “Sentimen domestik seperti data inflasi dan indeks keyakinan konsumen diharapkan bisa berdampak positif,” ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto