IKM Pangan Paling Terpukul Kenaikan BBM



JAKARTA. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sebesar 18,7% pada Mei 2008 rupanya sangat memukul Industri Kecil Menengah (IKM). Yang paling terpukul adalah IKM sektor pangan. Menteri Perindustrian Fahmi Idris menjelaskan kenaikan BBM berdampak pada IKM. Namun, ia mengatakan pengaruh ini sangat bervariasi. "Yang paling berdampak adalah industri sektor pangan," katanya, saat rapat kerja dengan komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), hari ini. Fahmi mencontohkan salah satu IKM sektor pangan adalah yang paling banyak menggunakan minyak tanah. Menurutnya, biaya produksi pangan ini rata-rata membengkak sebesar 11% hingga 17%. "Industrinya lahap minyak adalah aneka keripik, saos cabe, serta abon," tandasnya. Sementara Itu, IKM bahan bangunan juga mengalami hal yang sama. Fahmi bilang imbas kenaikan BBM terhadap sektor ini adalah sebesar 14,81% pada komoditi batu bata dan 8,3% untuk komoditi genteng. Kenaikan biaya produksi ini membuat para pengusaha itu menaikkan harga jualnya. Menurut Fahmi, harga jual batu bata sebesar 12,77% sedangkan genteng telah naik sebesar 11,55% karena dipicu juga kenaikan upah buruh, bahan baku yang mencapai 10%. Selain itu, harga pangan produk IKM telah naik sebesar 15%, sedangkan produsen minyak astiri alias minyak akar wangi juga menaikkan harga jualnya sebesar 16,63% sedangkan harga jual minyak nilam sebanyak 12,24%. Direktur Jenderal Industri Kecil Menegah Mikro (IMKM) Departemen Perindustrian (Depperin) Fauzi Aziz membenarkan tentang kenaikan biaya produksi dan harga jual akibat kenaikan BBM. "Kenaikannya ada yang signifikan namun ada yang tidak," tuturnya. Menurut Fauzi walau IKM terkena imbas kenaikan BBM namun ia mengatakan belum ada yang mengalami gulung tikar. "3 juta IKM masih tetap eksis," katanya. Menurutnya, sebanyak 600.000 IKM yang bergerak disektor makanan, batu bata dan genteng juga masih berproduksi. Hal ini terjadi karena makanan adalah kebutuhan dasar manusia sehingga selalu saja terjual. "Setiap manusia pasti akan makan," katanya. Hanya saja, ia mengatakan para produsen ini telah memangkas marginnya. Namun, Fauzi enggan mengatakan berapa besar pemangkasan yang dilakukannya. Fauzi juga mengutarakan produsen batu bata dan genteng tetap berproduksi seiring meningkatnya pembangunan infrastruktur di Indonesia. "Semuanya masih terserap namun marginnya tidak sebesar sebelum kenaikan BBM," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test