Ikuti harga minyak, Pertamax naik Rp 150 per liter



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak bergerak menguat menjelang akhir tahun 2017. Dikutip dari Bloomberg, pada Jumat (17/11) pukul 17.51 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Desember 2017 di New York Mercantile Exchange tercatat berada di level US$ 55,86 per barel.

Kenaikan harga minyak pun membuat PT Pertamina (Persero) menaikkan harga BBM yang dijualnya. Namun Adiatma Sardjito,VP Corporate Communication Pertamina mengatakan hanya BBM jenis Pertamax yang mengalami kenaikan.

"Pertamax naik Rp 150 per liter," kata Adiatma kepada Kontan.co.id, Minggu (19/11).


Dari website Pertamina, harga Pertamax di DKI Jakarta per 17 November berada di level Rp 8.400 per liter naik Rp 150 jika dibandingkan harga Pertamax per 11 Oktober 2017 yang dipatok Rp 8,250 per liter. Sementara itu, harga BBM lain tetap sama.

Harga Pertalite tercatat Rp 7,500 /liter, Pertamax Turbo Rp 9,350/liter, Pertamax racing Rp 42,000/liter, Dexlite Rp 7,300 /liter dan Pertamina Dex Rp 8,800/liter.

Adiatma beralasan, kenaikan harga BBM jenis bahan bakar umum seperti Pertamax memang selalu mengikuti pergerakan harga minyak dunia. "Harganya bisa naik dan bisa turun tergantung harga crude dan kurs dollar," imbuhnya.

Selain menaikkan harga Pertamax, Pertamina sejati memiliki hasrat juga untuk menaikkan harga BBM penugasan yaitu solar subsidi dan premium. Pasalnya pemerintah belum mengubah harga Solar dan Premium sejak April 2016.

Namun, Adiatma tidak menjawab soal harga solar dan premium yang wajar saat ini. Sebelumnya Direktur Pemasaran Pertamina Muchamad Iskandar mengatakan sejak tahun lalu harga Solar tetap berada di harga Rp 5.150 per liter.

Kala itu, harga minyak dunia hanya mencapai US$ 37 per barel. Saat ini, harga minyak dunia sudah mencapai US$ 60 per barel. Sementara harga solar masih tetap Rp 5.150 per liter.

"Ya kan, mustinya sudah diikuti naik,"kata Iskandar pada Rabu (15/11).

Makanya, Iskandar pun berharap harga BBM pada awal tahun bisa mengikuti formula harga. Jika mengikuti formula harga, maka penetapan harga BBM akan disesuaikan dengan pergerakan harga minyak dunia.

Namun, Iskandar tetap mengembalikan kebijakan penetapan harga BBM kepada pemerintah. "Kalau formula, kan pasti harusnya naik. Tapi akan kembali lagi, kami 100% negara. Kalau memang disuruh begitu, ya sudah,"imbuhnya.

Pertamina sejatinya juga telah menghitung potensi selisih harga yang harus ditanggung karena harga BBM Penugasan yang tidak diubah oleh Pemerintah hingga akhir tahun. Dengan harga BBM yang sama seperti sekarang, maka di akhir tahun akan ada selisih harga sebesar Rp 20 triliun yang ditanggung perseroan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia