KONTAN.CO.ID - Sebuah ulasan jurnal terbaru yang ditulis oleh 23 ilmuwan dari 10 negara menyarankan bahwa universitas di seluruh dunia harus memprioritaskan makanan berbasis nabati di kampus mereka dan secara aktif mengurangi ketergantungan mereka pada makanan berbasis hewani seperti daging, ikan, susu dan telur. Komentar tersebut telah dipublikasikan di The Lancet Planetary Health, salah satu jurnal ilmiah paling bergengsi di dunia. Ulasan tersebut menekankan pada fakta bahwa banyak universitas belum cukup melakukan usaha untuk menangani dampak lingkungan dan kesehatan yang dikaitkan dengan industri peternakan hewan. Menurut laporan terbaru oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC) dan EAT–Lancet, komisi yang terdiri dari 37 ilmuwan terkemuka dari seluruh dunia untuk membahas sistem pangan dan keberlanjutan, peralihan signifikan ke alternatif berbasis nabati merupakan hal mendasar untuk mencapai target iklim dan untuk menjaga produksi pangan dalam ambang batasnya. “Sangat penting bagi lembaga pendidikan untuk menyadari peran mereka dalam mendorong transisi menuju sistem pangan yang lebih berkelanjutan,” ungkap Among Prakosa, Manajer Kebijakan Pangan Act For Farmed Animals (AFFA), koalisi organisasi perlindungan hewan Indonesia beranggotakan Animal Friends Jogja dan NGO Internasional Sinergia Animal, yang bekerja untuk mempromosikan pilihan makanan yang lebih sehat dan berkelanjutan di negara-negara Selatan, termasuk di Indonesia.
Ilmuwan Ajak Institusi Pendidikan Beralih ke Makanan Nabati untuk Atasi Krisis Iklim
KONTAN.CO.ID - Sebuah ulasan jurnal terbaru yang ditulis oleh 23 ilmuwan dari 10 negara menyarankan bahwa universitas di seluruh dunia harus memprioritaskan makanan berbasis nabati di kampus mereka dan secara aktif mengurangi ketergantungan mereka pada makanan berbasis hewani seperti daging, ikan, susu dan telur. Komentar tersebut telah dipublikasikan di The Lancet Planetary Health, salah satu jurnal ilmiah paling bergengsi di dunia. Ulasan tersebut menekankan pada fakta bahwa banyak universitas belum cukup melakukan usaha untuk menangani dampak lingkungan dan kesehatan yang dikaitkan dengan industri peternakan hewan. Menurut laporan terbaru oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC) dan EAT–Lancet, komisi yang terdiri dari 37 ilmuwan terkemuka dari seluruh dunia untuk membahas sistem pangan dan keberlanjutan, peralihan signifikan ke alternatif berbasis nabati merupakan hal mendasar untuk mencapai target iklim dan untuk menjaga produksi pangan dalam ambang batasnya. “Sangat penting bagi lembaga pendidikan untuk menyadari peran mereka dalam mendorong transisi menuju sistem pangan yang lebih berkelanjutan,” ungkap Among Prakosa, Manajer Kebijakan Pangan Act For Farmed Animals (AFFA), koalisi organisasi perlindungan hewan Indonesia beranggotakan Animal Friends Jogja dan NGO Internasional Sinergia Animal, yang bekerja untuk mempromosikan pilihan makanan yang lebih sehat dan berkelanjutan di negara-negara Selatan, termasuk di Indonesia.