Ilmuwan Menemukan Petunjuk Mengapa, Bagaimana, & di Mana Gempa Terjadi



KONTAN.CO.ID - Gempa bumi yang terjadi di Nepal tahun 2015 silam memberikan petunjuk baru untuk ilmuwan tentang bagaimana, kenapa, dan di mana gempa bumi terjadi. 

Pengunungan Himalaya adalah keajaiban geologi. Kemegahannya mengundang para petualang dan penggemar religi dari berbagai daerah untuk datang. Dikutip dari National Science Foundation, Gunung ini tercipta dari patahan hasil tabrakan dua lempengan besar tektonik di India dan Eurasia.

Patahan yang menyangga Himalaya menciptakan gempa bumi dahsyat yang mengakibatkan kematian di daerah padat penduduk di sebalah Utara India dan Selatan Nepal.  


April (25/15), gempa bumi berkekuatan Magnitude 7,8 melanda sekitar Kathmandu, Nepal Tengah. Gempa ini telah menewaskan sekitar 9.000 orang dan melukai ribuan orang. Bencana gempa bumi ini juga menghancurkan sekitar 600.000 bangunan. Gempa susulan berkekuatan Magnitude 7,3 muncul dan menghancurkan seluruh kawasan di Kathmandu.

Peneliti memahami pusat patahan Himalaya yang berada di lempengan Indian yang terdorong di bawah lempengan Eurasian di sepanjang Himalaya lebih banyak berdasarkan catatan sejarah gempa bumi sebelum ditemukannya seismometer modern.

Gempa bumi Gorkha tahun 2015 memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan up date (data). Data seismik dari gempa menunjukkan retakan dimulai kemudian berhenti di dua tempat yang jenis bebatuan berubah mendekat ke patahan. Hasil penelitian yang dipimpin oleh tim ilmuwan internasional bersama Simon Klemperer penulis University dan Marianne Karplus dari University of Texas El Paso, muncul dalam journal Science Advances.   

Informasi ini menawarkan clue tentang di mana, kenapa, dan bagaimana gempa bumi terjadi. Sekarang para peneliti ingin membayangkan sepanjang 1.500 mil di depan Himalaya, di mana lempengan tektonik saling tumpang tindih untuk menemukan bentuk dari pusat patahan Himalaya dan faktor yang mengontrol keretakan maksimum di berbagai zona konvergen.

Penelitian ini didanai oleh NSF's Division of Earth Science.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati