SINGAPURA. Organisasi Buruh Internasional alias The International Labour Organization (ILO) mengingatkan, negara-negara di Asia agar lebih fokus menciptakan lapangan pekerjaan serta meningkatkan kualitas pekerjaan di negara masing-masing. Dalam laporannya yang dirilis hari ini (1/12), ILO juga menekankan kepada negara-negara Asia untuk memperhatikan masalah pemberian upah buruh yang lebih berkeadilan. ILO melihat, ekonomi Asia sedang bertumbuh, meski saat ini tanda-tanda perlambatan akibat dampak krisis Eropa sudah tampak. Lantaran perekonomian regional relatif melambat, penciptaan lapangan pekerjaan diprediksi akan statis hingga akhir tahun ini. ILO menghitung, ada perbedaan yang cukup siginifikan di berbagai negara Asia dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan baru.Sebagai contoh di Hong Kong, Sri Lanka dan Singapura, pertumbuhan lapangan kerja hanya 4%. Sebagian besar didorong oleh sektor industri jasa.Namun, di Indonesia, Filipina dan negara-negara yang lebih maju seperti Australia serta Selandia Baru, pertumbuhan lapangan kerja jauh lebih tinggi. Sementara di Jepang, kontraksi lapangan pekerjaan sejalan dengan jumlah pekerja yang sudah di luar usia produktif. Di beberapa negara, masalah jumlah tenaga kerja produktif menjadi tantangan. Tapi, penambahan jumlah lapangan pekerjaan baru di beberapa negara Asia tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas. Kondisi ini terutama terjadi di Sri Lanka dan Thailand. Data ILO menyebut, pekerjaan informal dari total lapangan pekerjaan yang ada di luar sektor pertanian di Thailand mencapai 42,3%. Di Thailand sebesar 62%, di Timor Timur 62,1% dan di Sri Lanka dan Vietnam sebesar 68,2%. ILO memperingatkan, data kemajuan kualitas pekerjaan dan peningkatan penciptaan lapangan di Asia bisa dibatalkan jika perlambatan ekonomi global terus berlangsung dalam jangka panjang.
ILO: Kesejahteraan buruh di Asia masih rendah
SINGAPURA. Organisasi Buruh Internasional alias The International Labour Organization (ILO) mengingatkan, negara-negara di Asia agar lebih fokus menciptakan lapangan pekerjaan serta meningkatkan kualitas pekerjaan di negara masing-masing. Dalam laporannya yang dirilis hari ini (1/12), ILO juga menekankan kepada negara-negara Asia untuk memperhatikan masalah pemberian upah buruh yang lebih berkeadilan. ILO melihat, ekonomi Asia sedang bertumbuh, meski saat ini tanda-tanda perlambatan akibat dampak krisis Eropa sudah tampak. Lantaran perekonomian regional relatif melambat, penciptaan lapangan pekerjaan diprediksi akan statis hingga akhir tahun ini. ILO menghitung, ada perbedaan yang cukup siginifikan di berbagai negara Asia dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan baru.Sebagai contoh di Hong Kong, Sri Lanka dan Singapura, pertumbuhan lapangan kerja hanya 4%. Sebagian besar didorong oleh sektor industri jasa.Namun, di Indonesia, Filipina dan negara-negara yang lebih maju seperti Australia serta Selandia Baru, pertumbuhan lapangan kerja jauh lebih tinggi. Sementara di Jepang, kontraksi lapangan pekerjaan sejalan dengan jumlah pekerja yang sudah di luar usia produktif. Di beberapa negara, masalah jumlah tenaga kerja produktif menjadi tantangan. Tapi, penambahan jumlah lapangan pekerjaan baru di beberapa negara Asia tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas. Kondisi ini terutama terjadi di Sri Lanka dan Thailand. Data ILO menyebut, pekerjaan informal dari total lapangan pekerjaan yang ada di luar sektor pertanian di Thailand mencapai 42,3%. Di Thailand sebesar 62%, di Timor Timur 62,1% dan di Sri Lanka dan Vietnam sebesar 68,2%. ILO memperingatkan, data kemajuan kualitas pekerjaan dan peningkatan penciptaan lapangan di Asia bisa dibatalkan jika perlambatan ekonomi global terus berlangsung dalam jangka panjang.