Imbal hasil BPJS stagnan di kisaran 10%



JAKARTA. Kendati tren bunga tengah turun, imbal hasil investasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan masih bisa dua digit. Hingga kuartal I-2015, hasil investasi BPJS Ketenagakerjaan bisa memberikan return di atas 10% per tahun.

Pada kuartal I 2015, BPJS Ketenagakerjaan mengaku memperoleh hasil investasi sebesar Rp 5,46 triliun dari total dana kelolaan Rp 195 triliun. "Imbal hasil annualized (disetahunkan) 11,47%, kata Jeffry Haryadi, Direktur Investasi BPJS Ketenagakerjaan kepada KONTAN, Senin (25/5). Dia menambahkan, dalam tiga tahun terakhir, rata-rata imbal hasil investasi yang dibukukan BPJS berada di atas 10%.

Akhir tahun ini, BPJS Ketenagakerjaan menargetkan memperoleh hasil investasi sebanyak Rp 20,2 triliun. Bila dihitung, target return investasi BPJS Ketenagakerjaan tahun ini sekitar 10,36%.


Mayoritas dana kelolaan, kata Jeffry, masih diparkir di surat utang dengan porsi sebanyak 45% dari total dana kelolaan. Sedangkan sisanya tersebar di deposito 28%, saham 19%, reksadana 7%, serta properti 1%. "Strategi investasi tahun ini mirip dengan tahun lalu," imbuh Jeffry.

Imbal hasil BPJS itu masih kalah ketimbang dana pensiun lembaga keuangan (DPLK). Ambil contoh, DPLK Manulife Indonesia yang mampu membukukan return investasi lebih besar. Alhasil, total dana investasi DPLK Manulife pun kian membesar.

Tahun 2013, sebagai contoh, dana investasi Manulife tumbuh 12% menjadi Rp 6,47 triliun. Setahun kemudian atau pada tahun 2014, pertumbuhan investasi Manulife meningkat sebanyak 26,9% menjadi Rp 8,21 triliun.

Berdasarkan data Manulife, penempatan investasi di keranjang saham tahun lalu bisa memberikan return sebesar 33,09%. Berikutnya adalah obligasi sebesar 12,63%, pasar uang 10,54%, syariah 9,01% dan obligasi berdenominasi dollar sebesar 6,79%. Dus, rata-rata imbal hasil investasi Manulife sekitar 14,41%.

Nur Hasan Kurniawan, Chief of Employee Benefits Asuransi Jiwa Manulife Indonesia mengatakan, arahan investasi ini dipilih langsung oleh nasabah dan fleksibel untuk diubah. "Di DPLK, setiap pengembangan pasti kembali ke peserta, apalagi menggunakan harga unit harian," imbuh dia.

Saham dan obligasi

Lukas Setia Atmaja, Center For Finance And Investment Research Prasetiya Mulya Business School mengatakan, dengan dana investasi yang kian membesar, pengelolaan portofolio investasi untuk meraih return maksimal bakal menjadi berkurang. Hal ini tak lepas dari makin terbatasnya pilihan investasi yang memberi imbal hasil tinggi.

"Dalam ekonomi terdapat teori the law of deminishing returns yang berarti return cenderung kecil seiring input (dana kelolaan) yang makin besar," kata Lukas.

Untuk BPJS Ketenagakerjaan, Lukas menilai, penempatan dana terbaik tetap di saham dan obligasi, mengingat potensi imbal hasilnya tinggi. Penempatan dana di saham akan lebih menguntungkan untuk jangka panjang, sementara obligasi yang bersifat fixed income penting untuk menjaga target return.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan