Imbal hasil fintech P2P lending kian menggiurkan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbal hasil (return) bagi pemberi pinjaman (lender) fintech peer to peer (P2P) lending kian menggiurkan. Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mencatat, rata-rata kisarannya sebesar 16%-23% per tahun.

Co-Founder Tokomodal Chris Antonius mengatakan, para pemberi pinjaman tertarik untuk berinvestasi melalui fintech P2P lending karena menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dari deposito bank. Mereka juga dapat membantu membangun ekonomi Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM) di Indonesia.

Perusahaannya menawarkan imbal hasil sebesar 16% per tahun. Per 2018, Tokomodal mencatat, penyaluran pinjamannnya mencapai Rp 130 miliar dan berasal dari 700 pemberi pinjaman retail. Pada tahun ini, perusahaan inj menargetkan bisa meningkatkan penyaluran pinjamannya hingga Rp 1 triliun.


Oleh karena itu, Chris menargetkan, jumlah pemberi pinjamannya bisa bertambah menjadi 1.200. "Kami akan terus jalankan sosialisasi dan membangun jaringan," kata dia kepada Kontan.co.id, Rabu (27/2).

Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Investree Adrian Gunadi mengatakan, imbal hasil bagi pemberi pinjaman di perusahannya ada di kisaran 14%-20% per tahun. "Rata-rata return per tahun sekarang ini 14% dengan jangka waktu pendanaan dua bulan," kata dia.

Per Desember 2018, Investree telah menyalurkan Rp 1,1 triliun pinjaman yang berasal dari sekitar 25.000 pemberi pinjaman. Perusahaan ini menargetkan penyaluran dananya bisa menyentuh Rp 4 triliun hingga 2019.

Sementara itu, fintech P2P lending Mekar menawarkan imbal hasil 7%-10% per tahun untuk lender pertama, serta 11,5%-12,5% untuk lender berulang. 

Chief Operating Officer Pandu Aditya Kristy mengatakan, kisaran return ini adalah untuk menjaga agar bunga yang dibayarkan peminjam yang merupakan pelaku usaha mikro tidak berat.

Menurut dia, perusahannya memberikan bunga sebesar 20% per tahun ke peminjam. "Kami ingin menonjolkan mitigasi risiko dan dampak sosial yang kuat. Kredit macet saat ini hanya 0,5%," kata Pandu. 

Jadi, menurut dia, walaupun imbal hasil lebih rendah dari industri, pemberi pinjaman memiliki tingkat pengelolaan risiko yg lebih baik.

Per 2018, Mekar menyalurkan pinjaman sebesar Rp 100 miliar yang berasal dari 45.000 pemberi pinjaman. Tahun ini, perusahaan menargetkan bisa menyaluarkan pinjaman hingga Rp 500 miliar dengan menjaring 200.000 pemberi pinjaman.

Otoritas Jasa Keungan (OJK) mencatat, per 2018, jumlah rekening lender industri fintech lending mencapai 207.506. Angka ini naik 107% dibanding 2017 yang sebanyak 100.940.

Ketua Harian AFPI Kuseryansyah mengatakan peningkatan jumlah lender masih akan terus terjadi. Ia memproyeksi, tahun ini jumlah lender akan tumbuh setidaknya 50%. Alasannya, saat ini penetrasi fintech lending masih rendah. "Kami terus gencar melakukan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat," kata dia.

Menurut dia, hal yang membuat pemberi pinjaman doyan berinvestasi melalui fintech P2P lending adalah karena pemberi pinjaman dapat menentukan peminjam mana yang akan dipilih. Mereka juga bisa memilih secara otomatis dengan menyerahkannya pada penyelenggara. 

Selain itu, pemberi pinjaman dimudahkan untuk mengontrol dananya karena bisa mendapatkan update kondisi portofolionya melalui aplikasi ataupun situs penyelenggara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi