KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Portofolio dana perbankan yang ditempatkan dalam Surat Berharga Negara (SBN) mengalami peningkatan seiring dengan penawaran imbal hasil yang lumayan tinggi dan minimnya risiko yang menjadi daya tarik.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kepemilikan sektor perbankan di SBN di tahun 2022 hanya sebesar Rp 1.863,49 triliun. Di tahun 2023 naik menjadi Rp 1.987,80 triliun di 2023. Kemudian per Agustus 2024, penempatan dana bank di SBN tembus Rp 2.240,21 triliun.
Sejumlah perbankan juga mengakui ada peralihan dana-dana yang ditempatkan nasabah yang ada di deposito ke instrumen investasi lain salah satunya SBN.
Hal ini disebut Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja terjadi karena secara imbal hasil, SBN memang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bank. Di mana, bunga deposito bank, terlebih yang besar-besar, hanya di 3,25% dibandingkan bunga SBN masih menyentuh 6%.
Baca Juga: Dana Asing Kabur dari Saham, Parkir di Obligasi Ia mengakui ada godaan yang menarik bagi nasabah perorangan ini untuk memindahkan sebagian simpanannya ke instrumen investasi lainnya. Meski demikian, Jahja menegaskan bahwa semua pilihan juga akan bergantung pada tiap-tiap orang. Sebab, ia bilang BCA pun salah satu mitra penjualan untuk SBN
“Pilihan betul-betul ada di nasabah, disesuaikan dengan kebutuhan likuiditas nasabah, jangka pendek ataupun jangka panjang,” ucap Jahja saat konferensi pers kinerja perseroan, Rabu (24/10).
Jika dilihat dari laporan keuangan BCA, per September 2024 penempatan dana BCA di SBN mencapai Rp 397,55 triliun, atau alami peningkatan dari akhir 2023 lalu sebesar Rp 321,94 triliun.
Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk (OK Bank) Efdinal Alamsyah juga mengakui, salah satu faktor mengapa deposito di perbankan terlihat menurun karena adanya perpindahan dana ke Surat Berharga Negara (SBN).
Baca Juga: Ini Alasan SBN Ritel Tetap Diminati Walau Tren Suku Bunga Rendah Dimulai "Ketika suku bunga SBN lebih menarik dibandingkan dengan bunga deposito, tentu saja masyarakat akan lebih cenderung memilih untuk berinvestasi di SBN," kata Efdinal.
Adapun total surat berharga, termasuk SBN di OK Bank per akhir September 2024 lebih kurang mencapai Rp 1,6 triliun. Sementara porsi SRBI di OK Bank lebih kurang 15% dari total surat berharga yang dimiliki oleh Bank.
Efdinal menyebut, tren penempatan dan di surat berharga termasuk di SBN di OK Bank, sampai dengan akhir September 2024 mengalami peningkatan sebesar lebih kurang 20%, dan ada kemungkinan akan terus meningkat, jika suku bunga tetap kompetitif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih