Imbal Hasil Menarik, Investor Masih Akan Tertarik dengan Obligasi Pemerintah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meyakini obligasi pemerintah masih menarik di mata investor.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, imbal hasil yang ditawarkan Surat Utang Negara (SUN) maupun Surat Berharga Negara (SBN) akan tetap menarik, meski terdapat risiko arus modal keluar akibat normalisasi kebijakan moneter bank sentral AS, The Fed.

“Harapan kita untuk bonds (obligasi) masih cukup menarik untuk Indonesia. Tapi kita harus tetap antisipasi,” tutur Febrio dalam bincang bersama media, Kamis (10/2).


Ia memproyeksikan, obligasi pemerintah masih cukup bagus karena arus modal keluar sudah banyak dan terkompensasi di 2020 dan 2021. Pada 2020 sendiri, penyebab arus modal keluar karena adanya ketidakpastian yang cukup tinggi.

Baca Juga: BI Ramal The Fed Kerek Suku Bunga Kebijakan 4 Kali pada 2022

Sementara di 2021, arus modal keluar lebih banyak disebabkan sentimen investor terhadap isu tapering The Fed. Sehingga membuat kepemilikan asing terhadap obligasi negara mengerucut menjadi 20%.

Tahun ini, sentimen investor terhadap hal itu sudah lebih baik dibanding dua tahun sebelumnya.

Sementara, pasar saham Indonesia juga saat ini memiliki keunggulan karena pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah semakin membaik, meskipun pasar saham turut dipengaruhi oleh pergerakan saham secara global.

“Tapi Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi positif dan stabil, ini jadi narasi tersendiri. Kita lihat pertumbuhan ekonomi tercermin oleh pertumbuhan aktivitas ekonomi oleh korporasi terutama perusahaan yang listed di bursa saham,” ujar Febrio.  

Febrio bilang, performa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai pulih sejak tahun 2021. Ini terlihat dari laporan keuangan emiten yang mencatat hasil positif, baik dari sektor jasa keuangan, sektor konsumer, maupun sektor lainnya, dan berharap akan berlanjut hingga 2022.

Baca Juga: BI Sudah Beli SBN Sebesar Rp 3,56 Triliun di Pasar Perdana Per 8 Februari 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat