Imbal hasil obligasi 2018 akan lebih terbatas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kondisi pasar obligasi jelang akhir tahun, I Made Adi Saputra Analis Fixed Income MNC Sekuritas memproyeksikan potensial total return obligasi akan terbatas di tahun depan. "Pertumbuhan total return yang diterima hanya berada di kisaran 7%-8%, ini terbilang rendah karena capital gain yang membatasi," kata Made, Kamis (28/12).

Made menyarankan, dengan potensi return yang terbatas, baiknya investor cukup aktif untuk melakukan trading dengan memanfaatkan momentum yang terjadi di sepanjang 2018.

Sementara Ahmad Mikail Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia memproyeksikan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun berada berada di kisaran 5,7%-5,9% hingga Juni 2018. Sementara setelah bulan tersebut yield akan kembali naik di kisaran 5,9%-6%.


Made mengatakan, kinerja obligasi Indonesia di 2018 akan didukung katalis positif dari APBN serta target ekonomi dan inflasi pemerintah. "Pemerintah ingin menunjukkan bahwa tren pertumbuhan ekonomi terus meningkat, walaupun capaiannya masih di bawah target tapi ada perbaikan," kata Made.

Mikail memproyeksikan, return obligasi korporasi di 2018 untuk rating AAA dengan tenor satu tahun berada di kisaran 7,5% atau turun dari posisi saat ini 7,8%. Sementara return obligasi korporasi rating AAA tenor lima tahun berada di 5,7%-5,8%.

"Return yang diharapkan investor pada obligasi korporasi tentu dari kupon bukan capital gain. Rata-rata kupon yang ditawarkan untuk tenor 1 tahun di 2018 bisa mencapai 7%-8%, sementara tenor 3 tahun mencapai 8,5%," kata Made.

Sementara penerbitan obligasi koporasi di 2018, Made prediksikan mencapai Rp 175 triliun-Rp 200 triliun. Sedangkan, Mikail memproyeksikan penerbitan obligasi korporasi di 2018 mencapai Rp 158 triliun.

"Pertumbuhan penerbitan obligasi korporasi tidak terlalu tinggi karena jelang pemilu biasanya BUMN tidak terlalu agresif menerbitkan surat utang. Padahal, selama ini yang mendorong penerbitan obligasi korporasi terbesar dari BUMN tertutama sektor infrastruktur," kata Mikail. Sementara, baik sektor bank pun Mikail lihat tidak akan terlalu agresif menerbitkan surat utang di 2018 karena dana pihak ketiga masih banyak dan kredit tidak tumbuh tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati