Imbal Hasil Obligasi AS Naik, Rupiah Melemah Pada Kamis (2/3)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (2/3). Mata uang Garuda melemah imbas penguatan dolar Amerika Serikat (AS) yang didorong oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS.

Rupiah di pasar spot melemah 0,3% ke Rp 15.281 per dolar AS pada Kamis (2/3). Sejalan, rupiah jisdor Bank Indonesia (BI) berada di level Rp 15.273 per dolar AS, atau turun 0,15% dari sehari sebelumnya.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya karena imbal hasil AS naik. Sementara, investor menunggu data inflasi Eropa, setelah kejutan buruk di Jerman, Prancis dan Spanyol telah memberikan dorongan untuk mata uang lainnya di pekan ini.


Inflasi Jerman yang lebih panas dari perkiraan pada bulan Februari 2023 menambah tekanan pada Bank Sentral Eropa untuk menaikkan suku bunga. Setelah pembacaan kuat yang tak terduga di Prancis dan Spanyol, pasar bersiap untuk pembacaan tinggi yang tidak nyaman lainnya.

Baca Juga: Melemah Hari Ini, Simak Proyeksi Rupiah di Perdagangan Jumat (3/3)

"Indeks dolar AS naik 0,2% menjadi 104,58, karena imbal hasil Treasury AS mencapai level tertinggi baru selama perdagangan Asia. Selain itu, pejabat Federal Reserve Neel Kashkari membiarkan pintu terbuka untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan Fed berikutnya di bulan Maret," ujar Ibrahim dalam riset harian, Kamis (3/3).

Komentar dari Gubernur Bank of England Andrew Bailey, yang mengatakan "tidak ada yang diputuskan" pada kenaikan suku bunga di masa depan, telah membuat para pedagang memangkas taruhan pada suku bunga yang lebih tinggi. Selain inflasi Eropa, risalah ketenagakerjaan zona euro dan bank sentral akan dirilis hari ini, seperti juga data klaim pengangguran AS.

Investor juga menantikan pertemuan Kongres Rakyat Nasional China, yang dimulai pada hari Minggu, dengan fokus pada panduan tentang dukungan kebijakan untuk pemulihan pasca-COVID.

Baca Juga: Memasuki Tahun Politik, Indef Perkirakan Uang Beredar Akan Meningkat

Dari internal, Ibrahim menjelaskan bahwa Inflasi Februari 2023 menurun dibandingkan inflasi bulan sebelumnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statisitk (BPS), inflasi IHK pada Februari 2023 menurun dari 0,34% (mtm) pada bulan sebelumnya menjadi 0,16% (mtm), terutama didorong oleh penurunan inflasi kelompok inti dan volatile food.

Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan tetap terkendali sebesar 5,47% (yoy), meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 5,28% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3,0±1% pada semester pertama 2023 dan inflasi IHK kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada semester II 2023.

Lebih lanjut, bank sentral akan terus memperkuat pengendalian inflasi, termasuk melalui koordinasi dengan Pemerintah guna memastikan berlanjutnya penurunan inflasi, termasuk pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

Adapun Inflasi inti pada Februari 2023 tercatat sebesar 0,13% (mtm), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,33% (mtm). Secara tahunan, inflasi inti Februari 2023 tercatat sebesar 3,09% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,27% (yoy).

Ibrahim memperkirakan untuk perdagangan besok, Jumat (3/3), mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi tapi ditutup melemah di rentang Rp. 15.270 per dolar AS-Rp. 15.330 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati