Imbal hasil obligasi korporasi mencapai 11,30%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi korporasi menunjukkan kinerja positif sepanjang tahun ini. Rata-rata return obligasi korporasi, seperti tercermin dari INDOBeX Corporate Total Return, mencapai 11,30% bila dihitung sejak awal tahun hingga 20 Oktober lalu.

Indeks yang dibuat oleh Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) itu bahkan pernah menyentuh angka 246,70 yang merupakan level tertinggi sepanjang masa, pada 26 September lalu.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie mengatakan, ada peningkatan permintaan obligasi dari investor. Hal ini mendongkrak kinerja pasar obligasi korporasi. Maklum, saat kupon surat berharga negara (SBN) dalam tren rendah, obligasi korporasi yang menawarkan kupon lebih tinggi jadi semakin menarik.


Hal senada disampaikan oleh Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar. Tingginya kupon yang ditawarkan obligasi korporasi membuat investor beralih dari obligasi pemerintah ke obligasi korporasi. Ia mencontohkan, saat ini obligasi korporasi bertenor lima tahun mampu menawarkan kupon sebesar 7,5% hingga 8%. Sedangkan yield surat utang negara (SUN) seri FR0061 bertenor sama sebesar 6,21%.

Menurut Anil, selisih kupon antara obligasi pemerintah dengan obligasi korporasi untuk tenor yang sama kini semakin mengecil. Ini didukung oleh rendahnya tingkat suku bunga dan inflasi yang masih di bawah 4%. "Wajar apabila banyak investor yang kini mengoleksi obligasi korporasi," jelas dia.

Roby menambahkan, peningkatan kinerja pasar obligasi korporasi juga terbantu oleh Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No 1 tahun 2016, yang mewajibkan institusi keuangan non bank untuk berinvestasi di SBN. "Obligasi BUMN yang digunakan untuk infrastruktur bisa dianggap setara dengan SUN," kata dia.

Hingga akhir 2017, prospek pasar obligasi korporasi cukup baik. Roby bilang, jumlah obligasi korporasi yang diterbitkan masih berpeluang meningkat. Ini seiring dengan bertambahnya kebutuhan pendanaan korporasi.

Permintaan investor juga diyakini masih tinggi. Sebab, sentimen global terhadap obligasi korporasi lebih terbatas ketimbang obligasi pemerintah yang banyak dikuasai oleh investor asing. "Karena investor lokal masih mendominasi obligasi korporasi, jadi lebih dipengaruhi oleh fundamental makro dalam negeri," ujar Roby. Apalagi, Bank Indonesia (BI) berencana mengeluarkan kebijakan financing to funding ratio yang mempermudah perbankan dalam membeli obligasi korporasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati