Imbal hasil obligasi syariah bertambah



JAKARTA. Investasi obligasi syariah tahun ini masih menguntungkan. Tengok saja kinerja indeks Indonesia Sukuk Composite Total Return yang disusun Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA). Indeks yang merefleksikan keuntungan investasi di sukuk ini menunjukkan, imbal hasil rata-rata investasi sukuk di kuartal I-2017 mencapai 4,74%.

Indonesia Government Sukuk Index menunjukkan rata-rata imbal hasil investasi sukuk negara di kuartal satu mencapai 4,76%. Sedang imbal hasil rata-rata sukuk korporasi, sebagaimana ditunjukkan Indonesia Corporate Sukuk Index, mencapai 3,89%.

Analis IBPA Nicodimus Anggi Kristiantoro menyebut, faktor pendongkrak kinerja obligasi syariah adalah fundamental ekonomi dalam negeri yang cerah. Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate di 4,75%. Angka inflasi juga masih terjaga.


Minat investor berinvestasi di surat utang, tak terkecuali obligasi syariah, di awal tahun ini juga masih tinggi. Apalagi, sentimen global juga mendukung minat investor tersebut.

Dampak kenaikan suku bunga acuan The Fed pada pertengahan Maret lalu ke pasar sukuk ternyata tidak terlalu signifikan. Maklum, investor asing di obligasi syariah tak sebanyak pada obligasi konvensional. Hal ini membuat fluktuasi di pasar obligasi sekunder tak terlalu besar.

Pasokan minim

Analis menilai sukuk masih menjadi instrumen investasi yang menjanjikan tahun ini. Tengok saja, indeks Indonesia Sukuk Composite Total Return menunjukkan, per Rabu (12/4), imbal hasil rata-rata sukuk sudah mencapai 5,17% dihitung sejak awal tahun.

Menurut Research & Investment Analyst Infovesta Utama Wawan Hendrayana, optimisme pelaku pasar terhadap rencana lembaga pemeringkat utang internasional Standard & Poor's (S&P) menaikkan surat utang Indonesia ke level investment grade memberi sentimen positif pada pasar sukuk.

Cuma, pasokan sukuk di pasar sekunder masih minim. Maklum saja, proses penerbitan surat utang syariah tergolong rumit. "Prosesnya sulit, belum lagi yield harus tinggi dan ada aset untuk jaminan. Ini cukup merepotkan korporasi," kata Wawan.

Tapi Nico berpendapat, yield yang tinggi dan adanya jaminan aset bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk masuk ke sukuk. "Obligasi syariah memang cocok untuk investor moderat yang tidak menyukai risiko terlalu besar," tambah dia.

Wawan memprediksikan, penawaran obligasi syariah tahun ini akan semakin ramai. Beberapa perusahaan akan mengambil kesempatan untuk menerbitkan surat utang syariah demi mengeruk dana segar dari pasar.

Salah satu perusahaan yang sudah berencana melepas sukuk adalah PT XL Axiata Tbk dengan nominal Rp 3,5 triliun. PT Indosat Tbk juga berancang-ancang menerbitkan surat utang sejenis.

Wawan memprediksi, tahun ini rata-rata imbal hasil investasi surat utang syariah bisa mencapai 7%-7,5%. Sementara Head of Fixed Income Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) Ezra Nazula Ridha memprediksi yield obligasi tenor 10 tahun dapat turun ke level 6,5%-7% di akhir tahun 2017. "Angka tersebut memperhitungkan juga kepastian terkait rencana S&P untuk menaikkan peringkat Indonesia," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia