JAKARTA. Meski terimbas koreksi pasar saham, investasi obligasi masih mampu menghasilkan imbal hasil (
return) positif. Indonesia Bond Pricing Agency mencatat, per 30 April 2015, indeks total return pasar obligasi (INDOBEX Composite Total Return) ada di angka 182,98. Artinya, masih tumbuh 4,03% sejak awal tahun. Adapun Indeks Harga Saham Gabungan minus 2,69% di saat yang sama. Analis obligasi Sucorinevst Central Gani Ariawan menjelaskan, return pasar obligasi masih positif karena tingkat yield Surat Utang Negara (SUN) di awal 2015 masih lebih tinggi dibanding akhir April ini. Pada awal tahun, INDOBeX Government Effective Yield di 8,02%, sedangkan akhir April ini turun ke 7,82%. “Saat ini yield (imbal hasil) masih rendah, sebab investor asing di pasar SUN tidak panik seperti di pasar saham," jelasnya.
Menurutnya, investor obligasi tidak panik lantaran karakteristik investasi obligasi dengan saham berbeda. Investor obligasi, khususnya SUN, mendapat jaminan langsung negara. Sedangkan investor saham hanya bergantung kinerja emiten. "Tingkat risiko yang cukup minim ini menyebabkan investor asing tidak menarik dana besar-besaran di pasar obligasi," paparnya. Analis BNI Securities I Made Adi Saputra sependapat, kinerja pasar obligasi tertopang sikap investor yang tidak panik. “Fundamental saham dan obligasi sama, yakni perlambatan ekonomi di kuartal I-2015. Namun di pasar obligasi, horizon investasi jangka panjang, mayoritas investor institusi,” jelas Made. Meski sempat terjadi aksi jual asing di pasar obligasi, itu hanya sementara. Indikasinya, kinerja rupiah tidak terkoreksi tajam saat pasar obligasi ikut tumbang mengikuti koreksi pasar saham. "Artinya, asing hanya menjual kepemilikan SUN mereka, tapi tidak mengonversi dana menjadi dollar AS," papar Made. Menurutnya, asing hanya keluar sebentar menunggu situasi aman dan masuk kembali jika pasar obligasi mulai stabil. Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan mencatat, per Rabu (29/4), asing mengantongi SUN 38,61% dengan nominal kepemilikan Rp 507,65 triliun. Meski sepekan terakhir nilai itu turun Rp 1,3 triliun, sepanjang April, investor asing masih net buy di pasar SUN senilai Rp 3,57 triliun atau Rp 46,3 triliun sepanjang tahun ini. Di sisi lain, yield SUN saat ini masih relatif tinggi. Ini menjadi daya tarik investor asing maupun domestik. "Mereka bisa mendapat imbal hasil tinggi di samping potensi capital gain masih cukup lebar hingga akhir 2015,” ujar Ariawan.
Di saat seperti sekarang, investor domestik dengan horizon investasi jangka panjang bisa mengoleksi SUN bertahap. Investor berkesempatan menikmati yield cukup tinggi atau menikmati potensi capital gain. “Yield SUN tenor 10 tahun yang kini 7,7% bisa turun hingga 7,2%-7,3%. Masih ada potensi harga obligasi naik,” prediksi Ariawan. Sementara saran Made, investor domestik yang berhorizon jangka pendek harus aktif trading harian. Di jangka pendek pasar obligasi fluktuatif terbatas. Untuk mendulang return dengan risiko seminim mungkin, cara terbaik dengan trading SUN ritel seperti ORI atau sukuk ritel dengan target capital gain tidak tinggi. “Untung sedikit langsung profit taking,” sarannya. Tapi, investor perlu waspada. Yield SUN masih berpotensi naik hingga akhir tahun ini, menyusul rencana kenaikan bunga The Fed. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa