Imbal hasil properti lebih tinggi dari deposito



JAKARTA. Bisnis properti diprediksi masih akan menggeliat tahun depan. Meskipun  harga bahan bakar minyak subsidi (BBM) sudah naik plus  ditambah Bank Indonesia (BI) yang mengerek suku bunga acuan  sebesar 25 basis poin menjadi 7,75%.

Menurut Anton Sitorus, Direktur Riset Jones Lang LaSalle (JSL), pasar properti sudah mengantisipasi kenaikan harga BBM jauh-jauh hari. Yakni sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) kampanye pemilihan Presiden. Imbasnya, "Ketika Pak Jokowi mengumumkan kenaikan BBM, dampaknya tidak terlalu signifikan," kata Anton kepada KONTAN, Kamis (20/1).

Ia memprediksi pertumbuhuan bisnis properti tahun depan secara keseluruhan  bisa mencapai 10% sampai 15%. Rinciannya adalah laju bisnis properti di awal tahun depan sampai semester satu 2015 memang agak melambat. Kisarannya adalah sebesar 7% sampai 8%. Setelah itu bisa berlari kencang sehingga secara rata-rata bisa menyentuh angka 15%.


Pertumbuhan bisnis properti yang agak melambat di awal-awal tahun ini memang sebagai imbas dari kenaikan suku bunga acuan.  Bagi pengembang, biaya proyek properti bisa terkerek dengan kenaikan bunga acuan. Adapun dari sisi  konsumen, masih cukup banyak yang tergantung dengan kredit pembelian rumah (KPR). 

Namun, Anton yakin, kenaikan bunga acuan tidak lantas membuat suku bunga KPR ikut-ikutan naik. Pasalnya, saat ini, suku bunga KPR sudah cukup tinggi. "Selama bunga KPR tidak naik, properti masih oke," ucapnya. 

Prediksi pertumbuhan properti yang tidak tinggi awal tahun ini juga dipengaruhi para pengembang dan investor yang baru mulai ancang-ancang menggarap proyek awal tahun depan. Pasalnya, pebisnis properti sepanjang tahun ini agak mengerem ekspansi lantaran berada di periode tahun politik.

Tak heran, kata Anton, banyak pengembang yang menargetkan pertumbuah bisnis tahun ini cuma 10% saja. Tapi realisasi yang tercermin di laporan keuangan perusahaan properti justru pertumbuhannya cuma berkisar 5% saja.

Bunga deposito kalah 

Wakil Direktur Utama PT Perdana Gapuraprima Tbk, Dedi Setiadi optimistis penjualan properti tahun depan bisa lebih baik dari tahun ini. Efek kenaikan BBM ia prediksi hanya berlangsung antara dua bulan sampai tiga bulan  ke depan. "Saya pikir pertumbuhan penjualan tahun depan bisa di atas 20%," ujarnya.  Selain bisnis properti yang bakal tumbuh, harga properti tahun depan juga diprediksi bisa terkerek naik. 

Anton bilang,  jika skenario pertumbuhan ekonomi cukup baik, maka harga properti tahun depan bisa terkerek naik separuh dari kenaikan harga properti di 2013 yang sebesar 20%-30%. Artinya, harga properti tahun depan bisa terkerek naik antara 10%-15%.

Namun, bila pertumbuhan ekonomi tidak cukup baik, maka proyeksi kenaikan harga properti cuma 10%.  Meski begitu, kenaikan harga properti ini masih cukup baik karena lebih tinggi dari inflasi dan bunga deposito yang berkisar 7%-8%. "Biarpun harga properti tidak tumbuh sebesar 2013, namun diproyeksi masih bisa di atas bunga deposito," kata Anton.

Dedi juga memperkirakan kenaikan harga properti di 2015 bisa 5%-10% tergantung lokasi propertinya. Jika harga yang dipatok sebelumnya sudah cukup murah, maka kemungkinan pengembang bisa mengerek harga lebih besar. Akan tetapi, jika harga properti yang dipatok saat ini sudah cukup tinggi, maka pengembang tidak akan menaikan harga terlalu besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon