Imbal hasil reksadana baru masih mini



JAKARTA. Sepanjang tahun ini, setidaknya 17 produk reksadana anyar meluncur di pasar. Namun, mayoritas produk tersebut membagikan imbal hasil alias return mini. Bahkan, ada yang minus.

Kinerja terlemah terjadi di reksadana saham. Lihat saja, return Pratama Investa Mandiri Saham yang minus 11,56%, setelah dipasarkan selama sebulan. Tapi di sisi lain, kinerja terbaik produk anyar juga diraih reksadana saham, yaitu Pratama Dana Ultima Saham, yang membagikan return 32,52% (lihat tabel)

Produk lain, seperti Panin Dana Teladan baru bisa memberi return 0,06% sejak terbit 14 April lalu. Head of Operation and Business Development Panin Asset Management Rudiyanto mengaku, karakter produk ini tidak agresif. "Sama seperti produk saham lain menerapkan value investing, yaitu pemilihan saham yang harganya berpotensi tumbuh," katanya, kemarin.


Mengekor reksadana saham, kinerja reksadana indeks juga memble. Return reksadana Index MNC36 minus 0,41%. Produk ini memutar aset dasar mengekor acuannya, indeks MNC36. Pada periode November 2014 hingga April 2015, indeks ini berisi saham seperti AALI, ADRO, BBRI, GGRM hingga CTRA.

Investment Manager MNC Asset Management Akbar Syarief menyatakan, produk ini memiliki kebijakan investasi 90%-98% mengikuti indeks acuan. "Kinerja negatif, karena mengikuti performa indeks acuan," katanya.

Ia yakin, return reksadana ini akan membaik. Kinerja saham dalam indeks acuan akan bullish pada semester II ini.

Rudiyanto optimistis, IHSG bisa ke 6.000 di akhir tahun. Prediksinya, Panin Dana Teladan bisa membagi return 5% di atas IHSG. Namun, Mandiri Sekuritas malah memangkas target IHSG tahun ini.

Sementara, Eli Djurfanto, Head of Fixed Income First State Investment (FSI) bilang, reksadana berbasis obligasi bisa memanfaatkan volatilitas pasar untuk menambah keuntungan melalui trading. "Prediksi kami, return produk pendapatan tetap baru FSI 7%-7,5% per tahun," ujarnya

Pengamat pasar modal Desmon Silitonga bilang, kinerja reksadana ditentukan sejumlah faktor, seperti jenis produk, kinerja komposisi portofolio dan kelihaian manajer investasi memutar aset dasar.

Produk baru memiliki keuntungan, investor bisa menikmati NAB paling ringan di level Rp 1.000 per unit. Namun, investor tidak bisa langsung menikmati return. "Justru bisa potensial loss jika NAB turun," ujarnya. Desmon menduga, produk baru tahun ini bisa mencatatkan return 15%-20% jika IHSG naik 15%.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto