JAKARTA. Nasib baik belum menghinggapi pasar reksadana. Sepanjang semester pertama tahun ini, kinerja reksadana berguguran. Infovesta Utama mencatat, reksadana saham membukukan performa terburuk. Rata-rata kinerja jenis reksadana saham minus 9,55% secara
year to date (ytd) Juni 2015. Imbal hasil tersebut lebih buruk dibandingkan performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang minus 6,05% pada periode yang sama. Hanya, reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang masih membukukan kinerja positif, meski imbal hasilnya terbilang mini. Dari jajaran reksadana saham, kinerja produk Treasure Fund Super Maxxi kelolaan PT Treasure Fund Investama paling jeblok, yaitu minus 19,99% secara ytd. Menyusul reksadana Mandiri Investa Ekuitas Dinamis dengan imbal hasil minus 18,88%.
Menilik fund factsheet Mei 2015, Mandiri Investa Ekuitas Dinamis agresif menempatkan dana kelolaan pada efek saham, yaitu 94,45%. Sisanya 5,55% pada efek pasar uang. Saham yang menjadi pilihan produk besutan PT Mandiri Manajemen Investasi antara lain,
ASRI,
ELSA, dan
MIKA. Analis Infovesta Utama Viliawati menilai, lesunya kinerja reksadana, karena aset dasar, seperti saham, obligasi maupun pasar uang tertekan akibat kondisi perekonomian domestik dan global. Memburuknya kondisi ekonomi mulai terjadi pada kuartal II. Ini ditandai dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dan kinerja keuangan emiten. Ditambah lagi melonjaknya inflasi, depresiasi nilai tukar, serta dana asing yang terus keluar dari pasar modal domestik. "Akibatnya, bursa saham dan pasar obligasi tertekan, sehingga kinerja reksadana terkoreksi," papar Viliawati, Rabu (1/7). Kondisi tersebut berlanjut hingga bulan Juni. Situasi pasar modal diperburuk dengan kondisi global, yaitu perkara utang Yunani yang memicu sentimen negatif. "Saat bursa saham volatile, kinerja reksadana saham cenderung lebih rendah ketimbang IHSG, sebab karakternya lebih agresif," terang Viliawati. Reksadana jenis lain, yaitu reksadana campuran dan pendapatan tetap juga terimbas. Maklum, pasar surat utang negara (SUN) juga terkoreksi sejak akhir kuartal I. Di sisi lain, alokasi portofolio pada obligasi korporasi kurang mengangkat kinerja. Direktur Panin Asset Management Ridwan Soetedja mengakui, kinerja reksadana saham minus akibat pasar saham tumbang, dan efek peraturan baru. Sejumlah saham yang menjadi pemberat kinerja reksadana merupakan saham sektor properti dan consumer goods. "Di properti pemberlakuan pajak baru memperberat sektor tersebut," paparnya. Kendati demikian, Panin belum akan mengubah strategi pemilihan sektor saham. Panin akan memegang saham sektor keuangan, properti dan infrastruktur hingga akhir tahun ini. Namun, pihaknya akan memperbesar porsi kas untuk mengurangi fluktuasi. "Porsi kas kami perbesar dari 10% menjadi 17%," ungkap Ridwan. Review tujuan investasi
Viliawati menyarankan investor mereview kembali tujuan, jangka waktu investasi, serta profil risiko untuk menghadapi tekanan di pasar modal. Bila tidak ada perubahan dari hasil review sebelumnya, investor dapat memilih reksadana yang sesuai dengan jangka waktu dan profil risiko. Sedangkan bagi investor agresif dan memiliki horizon investasi jangka panjang, bisa mengoleksi reksadana saham secara bertahap. Adapun, jika saat ini sudah menggenggam reksadana saham, bisa menyimpannya. Dengan harapan kinerja reksadana saham membaik lagi seiring perbaikan ekonomi. "Karena, kalau sekarang redemption atau menarik dana, lalu masuk lagi setelah bursa membaik, keuntungan investor akan terkikis," papar Viliawati. Adapun, investor berprofil risiko konservatif atau moderat, dengan horizon investasi lebih pendek, dapat memilih reksadana pendapatan tetap atau pasar uang. "Sebab reksadana tersebut relatif lebih stabil," kata Viliawati. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa