JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah rupanya tidak mampu mendongkrak kinerja reksadana berbasis mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Mayoritas reksadana dollar justru membukukan imbal hasil atau return negatif untuk periode setahun terakhir.Mengutip data PT Infovesta Utama, per 7 Februari 2014, dari total 51 produk reksadana berbasis dollar AS, terdapat 28 produk yang berimbal hasil minus. Kinerja paling jeblok dialami reksadana saham Manulife Greater Indonesia Fund yang minus 16,25%.Sedangkan data Bloomberg menyebut, pergerakan pasangan USD/IDR dalam setahun menunjukkan koreksi rupiah sebesar 25,66%. Direktur Sinarmas Asset Management (Sinarmas-AM) Jeff Tan mengatakan, pergerakan nilai aktiva bersih (NAB) reksadana dollar memang bergantung pada pergerakan USD/IDR. Sedangkan, manajer investasi tidak punya banyak pilihan menempatkan aset dasar (underlying assets) reksadana pada instrumen berbasis dollar. "Aturan Bapepam-LK (sekarang berubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan atau OJK) membatasi pembelian saham di bursa regional untuk aset dasar reksadana sebesar 15% dari total dana kelolaan," ujar Jeff.Sinarmas-AM sendiri memiliki reksadana pendapatan tetap berdenominasi dollar AS bertajuk Danamas Dollar yang menorehkan return positif satu tahun sebesar 5,02%.Presiden Direktur Schroder Investment Management Indonesia (Schroder Indonesia) Michael Tjoajadi menilai, strategi MI dalam menempatkan dana kelolaannya akan menentukan imbal hasil reksadana dollar. "Kinerja tergantung pada kemana mereka (MI) investasi dan denominasi dari instrumen tersebut," tambah Michael. Reksadana dollar AS buatan Schroder Indonesia, yakni Schroder USD Bond Fund, menorehkan return satu tahun positif yaitu sebesar 0,23%.Meski kinerja reksadana dollar belum menggembirakan, Jeff masih optimistis, terhadap prospek reksadana ini di 2014. Kinerja reksadana dollar akan membaik seiring nilai tukar rupiah yang diprediksi menguat di kisaran Rp 11.000 hingga Rp 11.500 per dollar AS di akhir tahun.Analis PT Infovesta Utama Viliawati bilang, koreksi pada mayoritas reksadana dollar AS terjadi karena nilai aset dasar dari reksadana itu sedang turun. "Kebanyakan reksadana dollar AS di Indonesia berjenis pendapatan tetap dengan aset dasar obligasi. Sedangkan kinerja obligasi pemerintah sedang turun," ujar Viliawati.Dia menilai, reksadana dollar AS masih memiliki prospek baik pada tahun ini. Hal itu didukung oleh nilai tukar rupiah yang cenderung membaik dan diprediksi akan melanjutkan penguatanCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Imbal hasil reksadana dollar jeblok
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah rupanya tidak mampu mendongkrak kinerja reksadana berbasis mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Mayoritas reksadana dollar justru membukukan imbal hasil atau return negatif untuk periode setahun terakhir.Mengutip data PT Infovesta Utama, per 7 Februari 2014, dari total 51 produk reksadana berbasis dollar AS, terdapat 28 produk yang berimbal hasil minus. Kinerja paling jeblok dialami reksadana saham Manulife Greater Indonesia Fund yang minus 16,25%.Sedangkan data Bloomberg menyebut, pergerakan pasangan USD/IDR dalam setahun menunjukkan koreksi rupiah sebesar 25,66%. Direktur Sinarmas Asset Management (Sinarmas-AM) Jeff Tan mengatakan, pergerakan nilai aktiva bersih (NAB) reksadana dollar memang bergantung pada pergerakan USD/IDR. Sedangkan, manajer investasi tidak punya banyak pilihan menempatkan aset dasar (underlying assets) reksadana pada instrumen berbasis dollar. "Aturan Bapepam-LK (sekarang berubah menjadi Otoritas Jasa Keuangan atau OJK) membatasi pembelian saham di bursa regional untuk aset dasar reksadana sebesar 15% dari total dana kelolaan," ujar Jeff.Sinarmas-AM sendiri memiliki reksadana pendapatan tetap berdenominasi dollar AS bertajuk Danamas Dollar yang menorehkan return positif satu tahun sebesar 5,02%.Presiden Direktur Schroder Investment Management Indonesia (Schroder Indonesia) Michael Tjoajadi menilai, strategi MI dalam menempatkan dana kelolaannya akan menentukan imbal hasil reksadana dollar. "Kinerja tergantung pada kemana mereka (MI) investasi dan denominasi dari instrumen tersebut," tambah Michael. Reksadana dollar AS buatan Schroder Indonesia, yakni Schroder USD Bond Fund, menorehkan return satu tahun positif yaitu sebesar 0,23%.Meski kinerja reksadana dollar belum menggembirakan, Jeff masih optimistis, terhadap prospek reksadana ini di 2014. Kinerja reksadana dollar akan membaik seiring nilai tukar rupiah yang diprediksi menguat di kisaran Rp 11.000 hingga Rp 11.500 per dollar AS di akhir tahun.Analis PT Infovesta Utama Viliawati bilang, koreksi pada mayoritas reksadana dollar AS terjadi karena nilai aset dasar dari reksadana itu sedang turun. "Kebanyakan reksadana dollar AS di Indonesia berjenis pendapatan tetap dengan aset dasar obligasi. Sedangkan kinerja obligasi pemerintah sedang turun," ujar Viliawati.Dia menilai, reksadana dollar AS masih memiliki prospek baik pada tahun ini. Hal itu didukung oleh nilai tukar rupiah yang cenderung membaik dan diprediksi akan melanjutkan penguatanCek Berita dan Artikel yang lain di Google News