Imbal Hasil Reksadana Positif di Bulan Agustus 2024, Berkat Aliran Dana Asing



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Imbal hasil reksadana naik di bulan Agustus 2024. Meningkatnya keuntungan investasi reksadana dalam sebulan lalu didukung masuknya dana asing ke pasar saham dan obligasi.

Berdasarkan data Infovesta, pertumbuhan imbal hasil (return) paling tinggi dari indeks reksadana saham sebesar 3.10% selama bulan Agustus 2024. Kemudian, disusul indeks reksadana campuran, indeks reksadana pendapatan tetap, serta reksadana pasar uang dengan pertumbuhan return masing-masing sebesar 2.74%, 1.21%, 0,38%.

Investment Specialist Schroders Indonesia, Rizky Hidayat mengatakan, kinerja reksadana secara umum positif selama bulan Agustus tidak terlepas dari performa pasar saham dan obligasi. Dimana, aset saham ataupun surat utang lebih bertenaga didukung aliran dana masuk investor asing maupun dari investor lokal.


Rizky memaparkan, pada bulan Agustus, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan sebesar 5,72% (MoM) dengan arus masuk modal asing sebesar Rp28,8 triliun. IHSG menuju ke level tertinggi baru, didorong oleh arus masuk modal asing yang besar serta dukungan dari pelaku pasar lokal.

Sementara itu, pasar obligasi Indonesia memberikan imbal hasil positif dikarenakan penurunan imbal hasil obligasi. Ini menyusul pelemahan data ekonomi di AS yang mengakselerasi ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga AS.

Baca Juga: Atur Portofolio Jelang Pertemuan The Fed dan Pergantian Presiden, Begini Strateginya

Dolar AS pun melemah yang membantu nilai tukar di negara-negara Asia menguat termasuk Rupiah. Nilai tukar Rupiah yang kuat tersebut kemudian memberikan sentimen positif kepada pasar saham dan juga obligasi Indonesia.

Tercatat, dana arus asing masuk ke pasar obligasi dan kepemilikan asing naik ke 14,5% di akhir Agustus daripada 14,0% di bulan Juli. Selain itu, Pemerintah sudah mengumumkan defisit Rencana APBN di tahun 2025 ditargetkan di 2.5%, sehingga mengurangi ketidakpastian fiskal yang menjadi kekhawatiran investor asing. 

“Secara umum, pasar saham dan obligasi berkinerja baik karena memperoleh dukungan dari aliran dana masuk asing maupun dari investor lokal,” ujar Rizky kepada Kontan.co.id, Kamis (5/9).

Rizky menyebutkan, antisipasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) juga memberikan harapan kepada para investor. Meskipun, saat ini ada ekspektasi pemangkasan suku bunga bakal lebih rendah akibat pertumbuhan ekonomi AS yang lebih tangguh.

Selain itu Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 memberikan kelonggaran kepada para investor obligasi karena defisit fiskal akan tetap dipertahankan di bawah 3%.

Oleh karena itu, Schroders Indonesia masih cukup optimistis terhadap pasar saham dan obligasi yang berkorelasi terhadap kinerja reksadana aset terkait. Pasar keuangan Indonesia diproyeksi akan terus menjadi incaran bagi investor asing dan juga diperkuat oleh kehadiran investor lokal.

Menurut Rizky, investor dapat melihat saham-saham yang memiliki valuasi menarik dan fundamental yang baik saat ini, serta berpotensi mendapatkan manfaat dari pemangkasan suku bunga. Hal itu karena harapan semakin kuat adanya pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan September.

Sama halnya di sisi obligasi, kemungkinan penurunan suku bunga yang dilaksanakan Bank Sentral AS di bulan September akan berdampak positif pada pasar obligasi Indonesia. Pelemahan USD juga akan memberikan efek positif pada nilai tukar Rupiah.

“Penurunan suku bunga Fed akan memberikan Bank Indonesia ruang untuk juga ikut menurunkan suku bunga dan ini juga akan memberikan dampak positif bagi imbal hasil obligasi dalam negeri,” ucap Rizky.

Di samping itu, Rizky mencermati, secara rill imbal hasil obligasi Indonesia juga masih sangat menarik karena mengingat inflasi yang cukup rendah dan terjaga. Sehingga, Indonesia masih menjadi lirikan bagi para investor asing.

Baca Juga: Bunga Dipangkas, Cuan Reksadana Pendapatan Tetap Masih Oke

Tak kalah penting, peran investor lokal juga semakin besar. Seperti terlihat bahwa investor retail, dana pensiun, dan asuransi telah membantu mempertahankan stabilitas pasar obligasi Indonesia.

Namun, Rizky menuturkan, perlu diperhatikan bahwa ketidakpastian tentang transisi pemerintahan juga merupakan risiko dalam jangka pendek. Pemilihan instrumen investasi juga harus disesuaikan dengan tujuan dan profil risiko masing-masing investor.

“Kami relatif positif terhadap saham dalam jangka menengah hingga panjang, namun kami berhati-hati dalam jangka pendek karena risiko dari kebisingan politik, kurangnya katalis, dan ketegangan geopolitik,” pungkas Rizky.

Adapun sejak Januari – Agustus 2024, pertumbuhan imbal hasil paling tinggi berasal dari indeks reksadana pasar uang dengan angka 3.09% year to date (ytd). Selanjutnya diikuti pertumbuhan imbal hasil dari kumpulan produk reksadana pendapatan tetap dan campuran, masing-masing 2.97% ytd, 1.90% ytd. Sedangkan, imbal hasil reksadana saham terpantau minus 2.36% ytd.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari