Imbal hasil reksadana saham belum memuaskan



JAKARTA. Imbal hasil atau return reksadana saham di awal tahun belum memuaskan. Tak sementereng tahun lalu, reksadana saham kalah dari kinerja acuannya: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kinerja reksadana saham juga tertinggal dari kinerja reksadana campuran dan pendapatan tetap.

Infovesta Utama menghitung, sepanjang Januari 2015, indeks imbal hasil reksadana saham hanya 0,62% atau masih di bawah kinerja IHSG dalam kurun waktu yang sama, di 1,19%. Kinerjanya juga masih lebih kecil dibanding kinerja indeks reksadana campuran yang mencapai 0,96% dan indeks reksadana pendapatan tetap sebesar 3,31% di waktu yang sama.

Infovesta Utama mencatat hanya terdapat 48 produk atau setara dengan 32,4% dari total reksadana saham yang kinerjanya mampu mengalahkan pertumbuhan IHSG. Perlu diingat, kinerja rata-rata tersebut hanya menghitung capital gain dari nilai aset dasar saham, tanpa menghitung pembagian dividen yang dilakukan.


Analis Infovesta Utama, Yosua Zisokhi mengatakan, selalu ada kemungkinan kinerja reksadana saham lebih rendah dibandingkan kenaikan IHSG. Ini wajar, mengingat penyebaran portofolio reksadana saham menimbulkan risiko sendiri. Pergerakan IHSG di Januari fluktuatif. Ketika IHSG menguat, reksadana saham ikut menguat. Begitu juga sebaliknya, saat IHSG terkoreksi, reksadana saham terkoreksi lebih dalam. "Walhasil, bulan lalu kinerja reksadana saham kalah dibanding kenaikan IHSG," papar Yosua.

Kinerja melambat

Presiden Direktur Pratama Capital Iwan Margana menambahkan, sepanjang Januari terdapat beberapa gejolak pasar akibat sentimen. "Pasar tidak menduga Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) akan menurunkan harga semen yang berdampak pada harga jual emiten semen," ujar Iwan. Namun ada juga sentimen positif seperti penurunan harga bahan bakar minyak (BBM). Ini menyebabkan kinerja emiten konsumer membaik karena adanya harapan daya beli masyarakat meningkat.

Menurut Iwan, kunci utama produk reksadana besutan Pratama Capital Assets Management dapat mengalahkan kinerja IHSG (lihat tabel) adalah penempatan portofolio yang tepat. Posisi return tertinggi reksadana saham sepanjang Januari diisi oleh produk BNI-AM Dana Berkembang milik BNI Asset Management (BNI-AM).

Senior Fund Manager BNI-AM Hanif Mantiq mengatakan, pihaknya menjaga betul portofolio berdasarkan sentimen sepanjang Januari. "Kami tidak memiliki saham emiten semen dan emiten gas, yang terpengaruh sentimen pelemahan harga komoditas," ujarnya. Menurut Hanif, di tahun ini, pasar tengah menunggu beragam kebijakan fiskal pemerintah. Misalnya, bunga kredit pemilikan rumah (KPR) akan diturunkan dari 7,5% menjadi 5%. Efeknya, harga saham BBTN bisa turun kembali ke level Rp 1.000 per unit.

Saat ini, pasar juga tengah galau, sektor mana saja yang akan terkena dampak kenaikan target pajak pemerintah pada 2015. Ia memprediksi, kinerja reksadana saham bisa di atas 4% dari kinerja IHSG pada penutupan 2015. Iwan menduga, kinerja reksadana saham tahun ini 20%-30%.Sedangkan Yosua hanya menargetkan 8,4%-11,6%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa