KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi domestik diselimuti sentimen yang cukup positif sepanjang tahun 2019 lalu. Pemerintah mencatat, terjadi penurunan yield pada surat berharga negara (SBN) berdenominasi rupiah maupun valas sehingga mengurangi pertumbuhan beban pembayaran bunga utang pemerintah tahun lalu. Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail memproyeksikan, posisi yield obligasi pemerintah dalam jangka pendek masih akan relatif rendah seiring dengan kondisi yield US Treasury dan indeks dollar yang juga masih lemah. Baca Juga: Awal Januari 2020, dana perbankan di SBN mencapai Rp 738,43 triliun
“Setidaknya sampai dengan kuartal I-2020 yield masih akan turun. Apalagi The Fed juga tengah melakukan pembelian US Trasury di pasar sekunder secara permanen hingga tengah tahun ini sehingga capital inflow akan terjadi ke negara-negara emerging markets, termasuk Indonesia,” tutur Mikail kepada Kontan.co.id, Kamis (9/1). Selain itu, di dalam negeri inflasi juga relatif rendah sehingga potensi kenaikan yield di awal tahun terbilang kecil. Kendati demikian, Mikail mengatakan, pemerintah mesti mengantisipasi potensi kenaikan yield pada semester II-2019. Sebab ketidakpastian sentimen dari perang dagang AS-China masih tinggi. Tambah lagi, perang militer antara AS dan Iran berpotensi terus berlanjut dan mengerek harga minyak dunia sehingga berdampak pada kenaikan yield obligasi.