Imbal hasil SBN diharapkan naik di tengah ketidakpastian global



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kecamuk perang dagang AS dan China yang kembali memanas, pengamat pasar obligasi menilai pemerintah harus mempercantik tawaran imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) agar menarik investor asing tetap masuk ke pasar obligasi domestik.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, per 15 Mei 2019 realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) mencapai 51,88% atau senilai Rp 428,34 triliun dari target Rp 825,7 triliun di tahun ini.

Pelaku pasar modal Anil Kumar mengatakan tawaran imbal hasil di lelang SBN selanjutnya harus lebih tinggi dari yield acuan saat ini jika ingin minat investor tetap tinggi ke dalam negeri. 


Tak dipungkiri, di tengah semakin memanasnya perang dagang AS dan China, investor asing cenderung beralih ke aset safe haven dan meninggalkan instrumen investasi di negara yang lebih berisiko seperti Indonesia.

"Imbal hasil harus lebih tinggi karena kita menghadapi kondisi ketidakpastian global," kata Anil, Jumat (17/5). Bagaimana pun di kondisi apapun pemerintah tetap membutuhkan suntikan dana asing dan mencapai target penerbitan SBN yang setengah lagi.

Di tengah kondisi ini Anil juga memproyeksikan pilihan pemerintah cenderung terbatas dalam memenuhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Tantangan pasar obliagsi saat ini cukup banyak, pertama ketidakpastian kondisi geopolitik dan defisit neraca perdagangan. 

Saat ini pemerintah pun dihadapkan pada beberapa pertimbangan seperti menaikkan imbal hasil SBN agar menarik investor, melakukan pinjaman bilateral atau memperlambat pengeluaran pemerintah.

Jika kondisi sudah kondusif, Anil mengatakan tanpa pemerintah menaikkan tawaran imbal hasil, surat utang domestik sudah akan laris diburu investor asing. Namun, karena kondisi global saat ini sedang genting, maka pemerintah butuh memberikan pemanis pada pasar obligasi dengan menaikkan imbal hasil. 

Anil mengatakan baiknya pemerintah menaikkan 40-50 basis poin diatas posisi yield atau imbal hasil SBN saat ini.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana memproyeksikan penerbitan SBN ke depan masih akan laris diburu selama suku bunga tidak beranjak naik.

"Larisnya penerbitan SBN tergantung dari imbal hasil yang ditawarkan, selama imbal hasil masih berada di atas suku bunga acuan, maka akan tetap laris meski sentimen perang dagang kembali melanda, karena kebutuhan akan investasi di surat utang akan tetap ada," kata Wawan, Jumat (17/5).

Jika pelaku pasar kompak optimis suku bunga acuan Bank Indonesia bisa turun, maka penjualan SBN akan tambah laris apalagi di tengah harga SBN yang kini sedang murah karna yield cenderung beregrak naik dan harga jadi terkoreksi. 

Namun, sebaliknya jika pelaku pasar jadi mengekspekasikan suku bunga di dalam negeri berpotensi naik, maka mereka akan menunda pembelian surat utang.

Hingga saat ini, BI masih menetapkan suku bunga di level yang sama, yaitu 6%. Wawan pun memproyeksikan potensi kenaikan suku bunga BI belum akan terjadi, sementara potensi penurunan suku bunga juga masih tertahan karena mempertimbangkan defisit neraca perdagangan dan melemahnya nilai tukar rupiah. 

Oleh karena itu Wawan memproyeksikan suku bunga cenderung tetap dan sepanjang yield berada di atas deposito maka penyerapan SBN masih akan baik di tahun ini. Ditambah, dukungan dari semakin berkembangnya dan kelolaan institusi non bank yang harus menginvestasikan dana di surat utang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .