JAKARTA. Ekonom Maybank Indonesia Juniman mengatakan, penurunan imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN) pemerintah untuk tenor 10 tahun setelah pengumuman kenaikan peringkat dari S&P berpotensi tak bertahan lama. Ia melihat adanya dua risiko yang membuat yield dalam jangka pendek kembali naik. Pertama, ekspektasi inflasi yang naik di Juni karena bertepatan dengan puasa dan Lebaran. Kedua, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed di bulan yang sama. Ia menduga, hal itulah yang menjadi penyebab pemerintah mengubah strategi penerbitan SBN valas. Kabarnya, pemerintah akan menerbitkan SBN berdenominasi yen Jepang (samurai bond) di semester pertama tahun ini dan SBN berdenominasi euro (euro bond) di semester kedua, yaitu Juli mendatang. "Dengan kondisi ini pemerintah menimbang-nimbang membagi penerbitan SBN valas menjadi dua. Harapannya di Juli setelah kenaikan The Fed dan inflasi mulai mereda, yield akan turun," kata Juniman, Rabu (24/5) lalu. Padahal rencana awal pemerintah, penerbitan seluruh SBN valas dilakukan semester pertama 2017. Lebih lanjut menurutnya, pasca kenaikan peringkat dari S&P akan banyak investor nontradisional masuk ke obligasi yang diterbitkan Indonesia, yaitu dari Jepang, Skandinavia, dan Swedia. "Tetapi mereka enggak mau dengan yield yang rendah. Itu yang kelihatannya mereka tunggu," tambahnya. Juniman memperkirakan, investor tersebut baru akan masuk ke SBN jika imbal hasil yang ditawarkan untuk tenor 10 tahun lebih dari 7%. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Imbal hasil SBN pemerintah berpotensi naik
JAKARTA. Ekonom Maybank Indonesia Juniman mengatakan, penurunan imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN) pemerintah untuk tenor 10 tahun setelah pengumuman kenaikan peringkat dari S&P berpotensi tak bertahan lama. Ia melihat adanya dua risiko yang membuat yield dalam jangka pendek kembali naik. Pertama, ekspektasi inflasi yang naik di Juni karena bertepatan dengan puasa dan Lebaran. Kedua, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed di bulan yang sama. Ia menduga, hal itulah yang menjadi penyebab pemerintah mengubah strategi penerbitan SBN valas. Kabarnya, pemerintah akan menerbitkan SBN berdenominasi yen Jepang (samurai bond) di semester pertama tahun ini dan SBN berdenominasi euro (euro bond) di semester kedua, yaitu Juli mendatang. "Dengan kondisi ini pemerintah menimbang-nimbang membagi penerbitan SBN valas menjadi dua. Harapannya di Juli setelah kenaikan The Fed dan inflasi mulai mereda, yield akan turun," kata Juniman, Rabu (24/5) lalu. Padahal rencana awal pemerintah, penerbitan seluruh SBN valas dilakukan semester pertama 2017. Lebih lanjut menurutnya, pasca kenaikan peringkat dari S&P akan banyak investor nontradisional masuk ke obligasi yang diterbitkan Indonesia, yaitu dari Jepang, Skandinavia, dan Swedia. "Tetapi mereka enggak mau dengan yield yang rendah. Itu yang kelihatannya mereka tunggu," tambahnya. Juniman memperkirakan, investor tersebut baru akan masuk ke SBN jika imbal hasil yang ditawarkan untuk tenor 10 tahun lebih dari 7%. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News