Imbal Hasil Semakin Tinggi, Penerbitan Obligasi Korporasi Bakal Tertahan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi suku bunga tinggi turut mengerek naiknya yield atau imbal hasil surat utang. Akibatnya, emiten menahan penerbitan obligasi korporasi.

Direktur PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Hendro Utomo memperkirakan, jumlah penerbitan obligasi korporasi di tahun depan akan lebih rendah daripada tahun ini. Hal tersebut karena menilai inflasi yang masih mengancam dan membuat suku bunga acuan bertahan tinggi. Dampaknya membuat yield surat utang benchmark masih akan bertahan.

Ada juga risiko translasi dimana rupiah kemungkinan cenderung tertekan akibat surplus dagang yang mungkin menyusut di tahun depan. 


Dari internal, pertumbuhan ekonomi, suku bunga, surat utang jatuh tempo, dan stance pebisnis menjelang pemilu termasuk diantaranya faktor yang bakal mempengaruhi penerbitan obligasi korporasi. Tahun menjelang masa pemilu serentak di awal tahun 2024 akan membuat investor akan cenderung wait and see

Baca Juga: Wait and See Suku Bunga BI, Simak Rekomendasi Saham dan Arah IHSG pada Rabu (21/12)

Terlebih, suku bunga tinggi menyebabkan peningkatan leverage dan risiko keuangan, sehingga memaksa investor untuk meminta premi yang lebih tinggi ketika membeli surat utang korporasi. 

"Faktor tersebut mengakibatkan peningkatan biaya dana yang bisa menghambat penerbitan surat utang korporasi," ujar Hendro saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (20/12).

Namun, Hendro mengharapkan kenaikan premi tidak akan agresif karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mendorong emiten untuk menghasilkan arus kas masuk yang solid di tahun depan. Dan juga mengkompensasi pengeluaran rutin untuk membayar kewajiban. 

Adapun pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 diproyeksikan masih akan kuat di kisaran 4,9%-5,2% karena ditopang oleh konsumsi yang masih solid.  

"Hal ini kemudian bisa menjadi katalis positif bagi penerbitan surat utang korporasi di tahun depan karena mengindikasikan kebutuhan untuk investasi masih tinggi," lanjut dia.

Baca Juga: Return Kurang Optimal, Dana Kelolaan Reksadana Terproteksi Terus Turun

Menurut Hendro, kebutuhan untuk refinancing dipandang masih tinggi mengingat surat utang yang jatuh tempo di tahun 2023 cukup besar. Pefindo melihat ada indikasi front-loading penerbitan surat utang korporasi di tahun depan. Beberapa perusahaan bahkan diperkirakan sudah menerbitkan surat utang lebih awal guna mengantisipasi bunga yang tinggi di tahun 2023.

Secara keseluruhan, penerbitan obligasi korporasi di tahun depan diprediksi sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan penerbitan di tahun 2022 ini. Pefindo memproyeksikan nilai penerbitan akan mencapai Rp 160 triliun sampai akhir tahun.

Hal tersebut karena nilai jatuh tempo surat utang di tahun 2023 juga lebih rendah dibanding tahun 2022. Surat utang jatuh tempo di tahun 2023 diperkirakan mencapai Rp 126,3 triliun lebih rendah dibandingkan tahun 2022 yang mencapai Rp 157 triliun.

Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Tahun Depan Terganjal Suku Bunga Tinggi

Fakta lainnya adalah siklus penerbitan obligasi lima tahunan. Penerbitan tahunan naik dan turun membentuk siklus lima tahunan. Nah, tahun 2023 dinilai sudah memasuki siklus menurun setelah meningkat cukup tinggi di tahun 2022. 

Dari sisi imbal hasil obligasi korporasi di tahun depan dinilai masih akan naik seiring dengan lingkungan suku bunga yang juga masih tinggi. 

Hendro berujar bahwa dengan asumsi yield SUN 5 tahun berada di sekitar 7,15%, maka diperkirakan untuk Kupon Obligasi Korporasi Tenor 5 tahun dengan peringkat AAA akan berada di rentang 7,73% hingga 8,12%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati