KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Surat Utang Negara (SUN) diperkirakan akan kembali bergerak terbatas dengan arah perubahan yang bervariasi pada perdagangan Senin (29/10). Katalis negatif bagi harga SUN berasal dari meningkatnya persepsi risiko akibat koreksi di pasar saham global. Namun, penurunan imbal hasil surat utang global akan membuat imbal hasil SUN cukup menarik untuk diakumulasi. Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra menambahkan, dalam sepekan ke depan investor akan mencermati beberapa agenda ekonomi penting. Di antaranya adalah Rapat Dewan Gubernur Bank of England (BOE) dan Rapat Dewan Gubernur Bank Of Japan (BOJ). Adapun pada akhir pekan, data sektor tenaga kerja Amerika Serikat akan menjadi fokus perhatian para investor. “Dari dalam negeri, para pelaku pasar akan menanti data inflasi bulan Oktober yang akan disampaikan pada hari Kamis mendatang,” papar Made dalam riset, hari ini.
Sebelumnya, imbal hasil SUN pada perdagangan Jumat (26/10) bergerak bervariasi dengan kecenderungan mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya persepsi risiko dan pelemahan rupiah terhadap dollar AS. Angka CDS tenor 5 tahun Indonesia dalam sepekan terakhir telah mengalami kenaikan 10,74 bps atau 7,24% di tengah gejolak yang terjadi di pasar saham global. “Hal ini mendorong investor global untuk mencari instrumen yang lebih aman sehingga mendorong penurunan imbal hasil surat utang di negara-negara maju,” ungkap Made. Imbal hasil SUN bertenor pendek turun berkisar antara 1—2 bps di tengah terbatasnya kenaikan harga yang terjadi di pasar sekunder yaitu kurang dari 10 bps. Imbal hasil SUN bertenor menengah bergerak bervariasi antara 1—2 bps yang didorong oleh perubahan harga berkisar antara 3—10 bps. Adapun imbal hasil SUN bertenor panjang cenderung mengalami kenaikan hingga 6 bps yang didorong oleh koreksi harga hingga 55 bps.