Imbal hasil SUN berpotensi tertekan, ini penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) diperkirakan akan bergerak turun pada perdagangan Selasa (31/7). Hal ini didorong oleh potensi penguatan rupiah terhadap dollar AS dan terbatasnya kenaikan imbal hasil US Treasury.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail mengatakan, imbal hasil US Treasury jangka menengah (10 tahun) dan jangka panjang (30 tahun) pada Senin malam masing-masing naik tipis sebesar 1 bps ke level 2,97% dan 3,10%.

“Naiknya imbal hasil US Treasury didorong oleh pelemahan dollar AS terhadap beberapa mata uang dunia akibat perubahan kebijakan moneter di Eropa dan Jepang,” imbuhnya dalam riset hari ini.


Pergerakan harga minyak dan gas alam dunia turut mendorong kenaikan imbal hasil US Treasury. Harga minyak West Texas Intermediate dan gas alam pada hari kemarin bergerak naik. Harga minyak naik 2,1% (US$ 70,13 per barel) dan harga gas alam naik 0,18% (US$ 2,78 per MMBtu).

Kenaikan harga minyak yang tajam disebabkan oleh melemahnya sentimen perang dagang antara AS dan Eropa. Di sisi lain, tensi geopolitik di Timur Tengah antara AS dan Iran meningkat. Turunnya produksi minyak di Kanada juga mempengaruhi harga minyak dunia.

Akibat kenaikan imbal hasil US Treasury yang terbatas, imbal hasil SUN berpeluang turun pada perdagangan hari ini. Katalis positif bagi pergerakan imbal hasil SUN juga berasal dari potensi penguatan rupiah. Mikail pun memprediksi, imbal hasil SUN seri acuan 10 tahun akan bergerak di kisaran 7,65%--7,68% pada hari ini.

Adapun seri obligasi negara yang ia rekomendasikan hari ini antara lain FR0063, FR0064, FR0075, dan FR0072.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie