Imbal hasil SUN melambung lagi



JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) sebesar 25 basis poin, Selasa (12/11), turut berimbas pada naiknya imbal hasil surat utang negara (SUN) seri acuan. Imbal hasil SUN masih berpeluang melanjutkan kenaikan terbatas.

Mengutip Bloomberg, Rabu (13/11), seluruh harga SUN seri acuan tertekan. Akibatnya, yield menjadi melambung. Kenaikan imbal hasil SUN acuan terus berlangsung sejak akhir Oktober. Meski belum mencatat rekor tertinggi sepanjang 2013, imbal hasil SUN acuan melonjak sejak akhir 2012 (lihat tabel)

Analis Sucorinvest Asset Management, Jemmy Paul mengatakan, kenaikan imbal hasil obligasi dipengaruhi oleh faktor domestik dan eksternal. Dari domestik, pelaku pasar masih khawatir terhadap defisit current account. Dari eksternal, percepatan pengurangan stimulus moneter Amerika Serikat (AS) masih menghantui pasar.


Menurut Jemmy, volatilitas SUN ini masih tinggi hingga akhir tahun. Dia memperkirakan, kisaran yield tidak akan bergerak jauh sepanjang November ini. Yield kemungkinan naik terbatas pada Desember. "Mengantisipasi volatilitas tinggi, investor dapat masuk ke tenor pendek agar lebih aman," kata dia.

Harga SUN acuan tenor pendek memang turun lebih tipis ketimbang tenor panjang. Harga SUN seri FR0066 bertenor lima tahun turun 12,12% secara year to date hingga kemarin. Harga SUN seri FR0063 bertenor 10 tahun juga turun 21,34% pada periode yang sama.

Bagi investor jangka panjang, bisa masuk pasar saat ini. Jemmy menduga, tidak ada kenaikan BI rate lagi hingga akhir tahun. Tapi, asumsi ini bisa berubah bergantung pada kurs rupiah. Bila kurs rupiah melemah menuju level 12.000, maka BI rate berpeluang naik kembali. Kondisi ini dapat melambungkan yield obligasi.

Ekonom Bank Internasional Indonesia, Josua Pardede menuturkan, BI rate naik 175 basis poin sejak Juni 2013. Seiring kenaikan BI rate, imbal hasil SUN melonjak.

BI berniat meredam pelemahan rupiah dan memperkecil defisit current account lewat kenaikan suku bunga. Namun, kebijakan ini membawa imbas negatif bagi pasar surat utang. Jika dibandingkan dengan Oktober 2013, yield mencatatkan kenaikan hingga 100 basis poin.

Yield SUN acuan bisa terkerek lagi apabila pengurangan stimulus AS dipercepat pada tahun ini. Namun melihat beberapa faktor domestik yang cukup terkendali, potensi kenaikan yield SUN sangat terbatas. "Inflasi yang terkendali, membaiknya neraca perdagangan dan current account defisit merupakan sentimen positif bagi pasar obligasi," ungkap Josua.

Dari domestik, inflasi cukup melandai dibanding pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). BI memprediksi, inflasi akhir tahun bisa di bawah 9%. Proyeksi ini lebih rendah dibanding sebelumnya 9%-9,8%. Selain itu, ekspektasi perbaikan defisit neraca berjalan akan meningkatkan cadangan devisa.

Hingga akhir tahun, Josua memprediksi, yield SUN seri FR0066 berada di level 7%-7,5%, yield SUN seri FR0063 antara 7,5% sampai 8%. Yield SUN seri FR0065 bertenor 20 tahun diramal akan bergerak di kisaran 8,5% sampai 9%.

Yield SUN Acuan 2013
Seri Des '12  Juni '13 13 Nov 13
FR0066 (5 tahun) 4.66% 6.31% 7.85%
FR0063 (10 tahun) 5.13% 7.07% 8.45%
FR0064 (15 tahun) 5.76% 7.57% 8.93%
FR0065 (20 tahun) 6.11% 7.74% 9.02%
sumber: Bloomberg
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati