Imbal hasil tinggi Schroders Dana Prestasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sembari memilih produk reksadana saham yang menarik, nasabah bisa menimbang opsi produk yang memiliki rekam jejak yang mumpuni. Tengok saja, reksadana saham Schroders Investment Management yang sudah ada sejak tahun 90-an dan terus rajin mencetak kinerja yang wahid.

Sesuai namanya, reksadana Schroder Dana Prestasi terus mencetak kinerja rapor hijau. Produk yang pertama keluar pada Mei 1997 ini sekarang memiliki dana kelolaan sebesar Rp 3,74 triliun dan imbal hasil year to date per 12 Desember di 9,82%.

Head of Intermediary Business Schroders Indonesia Teddy Oetomo menjelaskan, strategi pengelolaan reksadana ini terdapat pada proses pemilihan saham yang secara holistik melihat semua faktor yang mempengaruhi emiten. "Proses pemilihan tidak terbatas pada, risiko likuiditas transaksi emiten, risiko fundamental emiten dan berbagai faktor lainnya, termasuk faktor kondisi ekonomi Indonesia maupun global," kata Teddy kepada Kontan.co.id.


Jelas, sebagai manajemen investasi dengan koneksi global yang kuat, Schroders memiliki keuntungan lebih dimana tim mereka mampu menganalisa gerak saham dari berbagai perspektif. "Saat pertama kali diluncurkan, reksadana ini berbentuk reksadana campuran. Di tahun 2013, reksadana ini menjadi reksadana saham," jelas Teddy. Apalagi dari tahun ke tahun, indeks saham Indonesia senantiasa terus menunjukkan pertumbuhan dan ia percaya bakal terus kuat.

Hal ini juga lah yang mendorong produk ini menyabet penghargaan bergensi versi APRDI-Bloomberg tahun 2016 untuk reksadana saham dengan AUM di atas Rp 600 miliar kategori tiga tahun.

Bagi calon nasabah yang tertarik, dapat memulai investasi dengan menyiapkan minimal Rp 100.000. Adapun nasabah harus siap dikutip biaya pembelian maksimal 2%, biaya penjualan kembali 1% dan biaya switching 1,5%.

Sedangkan atas kerja samanya dengan kustodian bank Citibank, terdapat tambahan biaya 0,25%. Adapun biaya jasa manajer investasi sebanyak 2,5%.

Mengingat sifat pasar saham yang volatile, Teddy melihat reksadana ini cocok bagi nasabah yang memiliki kekebalan terhadap gejolak saham. Ia menyarankan target lamanya investasi untuk produk ini di atas dua tahun untuk benar-benar menikmati kenaikan indeks saham. Adapun, sejumlah saham yang terdapat pada produk ini adalah ASII, BMRI, BBCA, HMSP dan TLKM.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyatakan, kinerja reksadana ini sangat menarik lantaran memiliki rekam yang panjang dan dana kelolaan yang besar. Namun jumlah uangnya yang wahid ini berarti gerak manajer investasi tidak terlalu lincah.

"Pergerakannya akan mirip dengan indeks karena dana kelolaannya besar maka manajer akan terus menempel dengan saham penggerak indeks," kata Wawan.

Namun dalam pembukuan Wawan, pada tahun 2016, dana kelolaan untuk produk ini pernah mencapai Rp 6,1 triliun yang artinya terjadi koreksi besar dibanding posisi sekarang. Tapi mengingat reputasi Schroders yang telah menjadi pemain lama reksadana yang jago, Wawan yakin koreksi dana kelolaan ini lantaran terjadi switching dana untuk menyokong produk Schroders yang baru terbit. "Kemungkinan ini ada pengalihan ke produk lain," jelasnya.

Memang kinerjanya belum dapat menyaingin IHSG yang sudah bergulir naik hingga 13,9% sejak awal tahun per 12 Desember. Namun Untuk produk ini, Wawan optimis pertumbuhannya dapat naik hingga 10% karena mengikuti gerak saham penggerak bursa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati