KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah ditutup di zona positif pada akhir tahun 2021, imbal hasil unitlink kembali minus. Kinerja yang negatif ini berbanding terbalik dengan indeks lainnya seperti IHSG dan indeks obligasi yang masih positif. Berdasarkan data Infovesta Utama, unitlink pendapatan tetap menjadi instrumen yang memberikan imbal hasil paling baik dibandingkan instrumen unitlink lainnya. Tercatat, imbal hasil unitlink pendapatan tetap sebesar -0,48% secara
year to date (ytd) Sementara itu, unitlink campuran mencatat imbal hasilnya hanya -1,12% ytd. Sedangkan, unitlink saham memiliki kinerja imbal hasil paling buruk yaitu -2,24% ytd.
Baca Juga: Perusaaan Asuransi Jiwa Genjot Premi dari Bancassurance Analis Senior dan Konsultan PT Infovesta Kapital Advisori Praska Putrantyo pun mengungkapkan bahwa imbal hasil unitlink di periode Januari lebih banyak terpengaruh pada penempatan yang dilakukan di instrumen reksadana. Mengingat, performa reksadana yang juga tercatat masih terkoreksi. “Saya menduga dipengaruhi pada strategi penempatan investasi di reksadana, karena indeks saham juga bertahan di zona positif,” ujar Praska. Praska menjelaskan bahwa alasan dari reksadana yang berada di posisi negatif karena saham-saham
big caps belum begitu perform di Januari. Mengingat, performa IHSG yang masih positif di awal tahun ini karena ditopang oleh saham-saham kelas menengah.
Baca Juga: AAJI: LAPS SJK Saluran Resmi dan Independen Penyelesaian Masalah Asuransi Meskipun demikian, Praska justru memproyeksikan bahwa kinerja unitlink saham dan campuran akan jauh lebih baik di Februari ini. Bukan tanpa alasan, saham-saham
big caps sudah mulai naik menyusul dari hasil laporan keuangan yang memang terbilang cukup apik. Walaupun kasus Covid-19 meningkat di Februari, Praska menilai hal tersebut tidak akan banyak mempengaruhi kinerja pasar modal karena pemerintah terlihat mampu mengatasi peningkatan tersebut. “Secara kinerja rata-rata, saya kira masih bisa kembali positif, dengan kondisi IHSG yang kemarin sempat mencetak rekor baru. Asalkan kondisi seperti ini masih bertahan sampai akhir Februari,” imbuh Praska.
Baca Juga: Proses Mediasi Kasus Unitlink Macet Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan menyebutkan bahwa saat ini produk yang paling banyak diminati adalah unitlink saham. Adapun, BNI Life mencatat pendapatan premi unit link sebesar Rp 130,5 miliar rupiah atau naik 17,6% yoy. Adapun, B-Life Spectra Link Dana Maxima Plus merupakan produk unitlink saham BNI Life yang masih mampu memberikan imbal hasil di atas rata-rata yaitu 0,44%. Untuk 5 saham terbesar yang menjadi portofolio dari produk ini ialah ANTM, BBCA, BRPT, INKP, dan KLBF. Di tengah kisruh unitlink beberapa waktu terakhir, Eben pun juga mengungkapkan bahwa pihaknya selalu memastikan proses penjualan produk unit link dilakukan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Baca Juga: Komunitas Korban Asuransi Unitlink Tolak Penyelesaian Kasus di LAPS SJK “Dari sisi investasi kami tetap menjaga kinerja agar tetap kompetitif dan prudent dalam pengelolaan investasi dengan berpedoman pada kebijakan perusahaan dan regulator untuk menghasilkan imbal hasil yang optimal,” ujar dia. Meskipun demikian, penurunan jumlah pemegang polis di BNI Life pun tetap tak terelakkan dan perusahaan mencatat penurunan sebesar 10% secara yoy. Per Januari 2022 tercatat ada 107 ribu polis individu unit link yang aktif.
Baca Juga: Sektor Jasa Asia Terancam Lonjakan Kasus Covid-19 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati