Imbal Hasil US Treasury Terus Naik, Obligasi Dalam Negeri Bisa Tertekan



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia diperkirakan masih akan mengalami tekanan seiring tren kenaikan tingkat imbal hasil US treasury.

Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division, PT Henan Putihrai Asset Management (HP Asset Management) Reza Fahmi Riawan mengatakan, kenaikan yield US Treasury terjadi karena dampak meningkatnya kekhawatiran investor terhadap inflasi di Amerika Serikat (AS).

"Imbal hasil US Treasury 10 tahun mencapai 3,56%, tertinggi sejak April 2011. Kurva yield tenor dua tahun dan 10 tahun terbalik yang dipandang sebagai indikator resesi," ujar Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (21/9).


Kenaikan yield US Treasury akan berdampak pada meningkatnya permintaan investor untuk menyesuaikan tingkat imbal hasil dari obligasi dalam negeri. Imbal hasil surat utang negara (SUN) akan berpotensi naik, dan berdampak negatif pada obligasi.

Baca Juga: Jumlah Investor Baru SR017 Mencapai Angka Terbesar Dalam Penerbitan SBSN Ritel

Saat yield US Treasury naik, maka yield SUN juga harus naik agar spread dapat terjaga tetap lebar dan menarik. Namun dalam jangka pendek, naiknya yield US Treasury akan memberikan tekanan terhadap pasar obligasi domestik.

Reza melihat antara yield SUN dan yield US Treasury melebar, karena yield US Treasury berjangka pendek tenor 2 tahun sudah menyentuh kisaran 3,9%.

Tak hanya US Treasury berjangka pendek saja, yield US Treasury berjangka menengah yang juga menjadi benchmark US Treasury berjatuh tempo 10 tahun juga naik 1 bps ke posisi 3,469%.

Jika The Fed menaikkan suku bunga, maka berdampak meningkatnya yield US Treasury. Ini juga akan memicu investor meminta penyesuaian tingkat imbal hasil dari obligasi dalam negeri.

"Yield SUN akan berpotensi naik, dan berdampak negatif pada obligasi," ujarnya.

Reza memperkirakan, imbal hasil SUN mungkin akan menembus level 7,8% hingga 7,9%.

Baca Juga: Segera Terbit, Seri ORI022 Bisa Menjadi Alternatif Pilihan Investasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat