KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan kinerja produksi siap jual atau
lifting migas semester I-2024 tak mencapai target. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, realisasi lifting minyak bumi tercatat sebesar 576 ribu barel per hari (bph) atau 91% dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). "Lifting minyak sampai dengan semester I [belum tercapai] karena kita di semester 1 mengalami gangguan banjir di mana-mana. Sehingga
drilling practice lebih dari satu bulan tidak bisa dilakukan sehingga mengakibatkan realisasi produksi minyak kita adalah 576 ribu bph," kata Dwi dalam konferensi pers di Jakarta pada Jumat (19/7).
Kontan mencatat, Pemerintah telah menetapkan target
lifting minyak di APBN 2024 sebesar 653 ribu bph.
Baca Juga: Produksi Minyak Semakin Anjok, Kini Hanya 561.000 Barel Per Hari Dwi menuturkan, untuk
lifting gas bumi pada semester I-2024 mencapai 5.401 mmscfd atau 92% dari target APBN. Menurut Dwi, kendala
lifting gas ini adalah di infrastruktur dan diharapkan pada akhir 2025 pipa gas Cirebon Semarang bisa tersambung. "Sehingga kelebihan gas dari Jawa Timur bisa dialihkan ke Jawa Barat. Demikian juga pumping yang di Natuna, sehingga kelebihan di Natuna bisa dialihkan bisa mengalir ke Batam," ujar Dwi. Sebelumnya, Sekretaris Jenderal ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, upaya peningkatan produksi antara lain melalui percepatan pemboran sumur pengembangan dan reaktifasi bagian blok migas potensial yang idle. Selain itu,
program reserve to production, EOR dan eksplorasi masif. "Untuk menjaga keekonomian proyek dan upaya optimalisasi produksi, Kementerian ESDM dapat memberikan insentif hulu migas sesuai Kepmen ESDM 199/2021," kata Dadan kepada Kontan, Minggu (14/7). Dadan menuturkan, untuk mengurangi impor minyak juga dilakukan pengendalian di sisi konsumsi baik di sektor pembangkit listrik, industri, rumah tangga, dan transportasi. Selain itu, disampaikan Dadan, program peningkatan produksi juga dilakukan melalui reaktifasi lapangan migas potensial yang idle agar,
pertama, segera diusahakan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) eksisting.
Kedua, dikerjasamakan dengan badan usaha lain.
Ketiga, diusulkan oleh KKKS eksisting untuk dikelola oleh KKKS lain. Dan
keempat, dikembalikan ke Pemerintah untuk selanjutnya dapat dilelangkan kembali. "Upaya-upaya tersebut sesuai Keputusan Menteri ESDM 110/2024, berdasarkan evaluasi, rencana dan tata waktu yang direkomendasikan oleh SKK Migas atau BPMA," tandas Dadan. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi Suryodipuro capaian produksi minyak diperkirakan akan dapat meningkat di semester II. "Dengan masuknya kontribusi dari akselerasi pemboran sumur (termasuk program
workover) salah satunya Banyu Urip
Infill Clastic dan
projejct onstream seperti lap akatara dan forel," kata Hudi kepada Kontan, Senin (15/7). Ia menerangkan, program
Fiiling the Gap antara lain insiatif program additional dan akselerasi WO/WS, program
debottlenecking fasilitas produksi, optimasi salur gas termasuk upaya-upaya
reducing fuel/flare, optimasi kegiatan planned S/D (di luar program WP&B 2024) juga diharapkan sudah berkontribusi untuk memperkecil gap produksi minyak.
"Selain itu upaya pemeliharaan juga dijalankan untuk memastikan kehandalan fasilitas produksi sampai akhir tahun" ujar Hudi. Hudi menambahkan bahwa pihaknya sudah inventarisir dan diskusi teknis dengan semua KKKS dan sudah ada rekomendasi teknis untuk setiap lapangan, misalnyà akan ada studi suburface untuk memastikan potensinya, reaktivasi sumur atau pemboran.
Baca Juga: Lifting Gas Bumi Mengalami Penurunan menjadi 918 Ribu Barel pada Semester I-2024 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati