KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbas naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) membuat sektor properti tertekan. Mulai dari harga material hingga cicilan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bakal ada penyesuaian harga baru. Syarifah Syaukat, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia menjelaskan, tekanan ini memang akan memberikan dampak terhadap nilai aset properti. Untuk properti di pasar sekunder umumnya akan terdampak dan menyesuaikan dengan fluktuasi harga pasar.
Baca Juga: Kadin: Semua Sektor dan Lini Usaha Akan Terdampak Kenaikan Harga BBM Sementara untuk pasar primer nilai aset umumnya masih tetap bertahan. Untuk konsumen yang membidik pasar sekunder, saat ini dapat lebih aktif untuk mencari properti, tentu dengan kehati-hatian potensi
floating rate dari indeks suku bunga. "Kenaikan inflasi dan dampak turunannya tentu saja akan berimbas kepada kenaikan suku bunga KPR. Namun besaran dampak dari kenaikan suku bunga masih terlalu dini untuk dinilai saat ini," ucap Syarifah kepada Kontan.co.id, Sabtu (3/9). Syarifah bilang, kenaikan harga properti sangat tergantung dari beberapa faktor, di antaranya adalah keseimbangan antara pasokan dan permintaan, juga sisi marketabilitynya. Adanya inflasi, tentunya mempengaruhi strategi jual properti yang dilakukan oleh pengembang. Sebelum inflasi terjadi, beberapa pengembang dan pengelola disebutkan telah menahan harganya untuk menarik transaksi. "Saat inflasi terjadi, penahanan harga dari pengembang kemungkinan akan terus berlanjut," jelas Syarifah.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi 2022 akan Tergerus 0,33 Poin Persentase Gara-Gara Harga BBM Naik Berdasarkan riset Knight Frank Indonesia Syarifah memaparkan bahwa sebelum kenaikan inflasi pada awal tahun ini telah menemukan kenaikan harga kondominium hingga 2-3% di pasar primer, dibandingkan dengan semester lalu. Kendati demikian, Syarifah menilai di tengah inflasi peningkatan penjualan kemungkinan akan terkoreksi karena daya beli yang melemah. Dari sisi pengembang properti pun telah mempertimbangkan untuk menyesuaikan harga jual properti. PT Summarecon Agung Tbk (
SMRA) misalnya, yang sejauh ini masih memantau dampak kenaikan harga BBM bagi perusahaan. "Kami perlu melihat dulu seberapa besar dampak kenaikan BBM ini terhadap kenaikan biaya produksi. Kami juga perlu berhitung dengan hati-hati dalam menentukan harga jual produk kami, karena kenaikan BBM ini juga mempengaruhi daya beli masyarakat," imbuh Jemmy Kusnadi, Sekretaris Perusahaan SMRA, Minggu (4/8).
Baca Juga: BBM Naik, BI Bisa Makin Agresif Mengerek Suku Bunga Acuan Sementara, PT Pakuwon Jati Tbk (
PWON) telah lebih dulu mengambil ancang-ancang untuk menaikan harga jual properti. Namun rencana kenaikan harga jual properti bakal dilakukan bertahap, selama proses konstruksi. "Bunga bank akan naik. Harga konstruksi pun sudah naik, sekitar 10%-15%. Rencananya penyesuaian harga baru properti sekitar 3%-5% per tahun," jelas Ivy Wong, Direktur Pengembangan PWON, Rabu (31/8). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto